Lihat ke Halaman Asli

Dampak Media Sosial Terhadap Popularitas Konser di Jakarta: Analisis dari Kacamata Ilmu Komunikasi

Diperbarui: 4 Februari 2025   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kondisi konser dan Sumber gambar Pribadi

Foto konser dan sumber foto pribadi

Jakarta, 4 februari 2025 – Media sosial telah menjadi faktor utama dalam menentukan popularitas konser di Jakarta. Dengan perkembangan platform digital seperti Instagram, TikTok, dan Twitter, promosi acara musik kini lebih cepat dan efektif menjangkau khalayak luas. Dalam perspektif ilmu komunikasi, fenomena ini menunjukkan bagaimana media sosial membentuk opini publik dan meningkatkan interaksi antara artis dan penggemar.

Dalam beberapa tahun terakhir, konser di Jakarta mengalami lonjakan jumlah penonton, sebagian besar berkat strategi pemasaran digital yang masif. Misalnya, konser musisi internasional seperti Coldplay dan Taylor Swift mendapatkan perhatian besar di media sosial sebelum tiketnya resmi dijual. Hal ini dipicu oleh berbagai konten viral yang dibuat oleh penggemar maupun tim promotor, mulai dari teaser video hingga kampanye hashtag yang mendorong interaksi luas. Selain itu, faktor lain yang berkontribusi terhadap lonjakan ini adalah kemudahan akses pembelian tiket secara online serta meningkatnya daya beli masyarakat. Platform tiket digital memungkinkan penggemar untuk mendapatkan tiket dengan lebih cepat dan efisien, sementara berbagai metode pembayaran yang tersedia, termasuk cicilan, membuat konser lebih terjangkau bagi lebih banyak orang. Kombinasi strategi pemasaran yang kuat dan kemajuan teknologi ini menjadikan Jakarta sebagai salah satu destinasi utama bagi konser berskala besar. Menurut ibu Sri Indah Wijayanti, pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, media sosial memungkinkan komunikasi dua arah yang lebih dinamis dibandingkan metode promosi konvensional. “Dulu, promosi konser hanya mengandalkan iklan televisi, radio, dan baliho. Kini, dengan adanya media sosial, informasi bisa menyebar secara organik melalui algoritma dan keterlibatan audiens,” jelasnya. Platform seperti TikTok memainkan peran besar dalam menciptakan tren yang mempengaruhi keputusan pembelian tiket. Banyak pengguna membagikan pengalaman mereka dalam konser sebelumnya, sehingga memicu FOMO (fear of missing out) di kalangan calon penonton. Dengan demikian, konser tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga bagian dari gaya hidup yang dikurasi dan dipamerkan di dunia maya.

Menciptakan trend, media sosial juga memungkinkan interaksi langsung antara artis dan penggemar, yang semakin memperkuat antusiasme terhadap sebuah konser. Fitur seperti live streaming, sesi tanya jawab, dan cuplikan eksklusif dari persiapan konser membuat penggemar merasa lebih dekat dengan idolanya. Interaksi semacam ini tidak hanya meningkatkan keterikatan emosional, tetapi juga mendorong peningkatan penjualan tiket karena penggemar merasa memiliki pengalaman yang lebih personal. Dengan demikian, media sosial tidak hanya berperan sebagai alat promosi, tetapi juga sebagai jembatan yang menghubungkan artis, promotor, dan audiens secara lebih erat.

Meski memiliki dampak positif dalam meningkatkan popularitas konser, media sosial juga membawa tantangan tersendiri. Salah satunya adalah lonjakan permintaan tiket yang sering kali menyebabkan server platform penjualan tiket mengalami gangguan. Selain itu, maraknya penipuan tiket online juga menjadi risiko yang perlu diwaspadai oleh calon penonton. Untuk mengatasi masalah ini, promotor dan platform penjualan tiket mulai menerapkan berbagai langkah keamanan, seperti sistem antrian virtual, verifikasi identitas pembeli, serta penggunaan teknologi blockchain untuk memastikan keaslian tiket. Selain itu, edukasi kepada calon penonton mengenai cara membeli tiket secara aman juga semakin digencarkan melalui kampanye di media sosial. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pengalaman membeli tiket konser dapat menjadi lebih aman dan nyaman, sehingga antusiasme penonton tetap terjaga tanpa kekhawatiran akan penipuan atau gangguan teknis.

Di masa depan, pengaruh media sosial terhadap industri konser di Jakarta diprediksi akan semakin besar. Kolaborasi antara promotor, musisi, dan influencer media sosial akan menjadi kunci dalam menjaga relevansi dan daya tarik acara musik di era digital. Dengan pendekatan komunikasi yang tepat, media sosial akan terus menjadi alat yang ampuh dalam membentuk tren dan meningkatkan pengalaman audiens dalam menikmati konser secara langsung. Perkembangan teknologi seperti augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) berpotensi membawa pengalaman konser ke level yang lebih imersif. Pengguna dapat merasakan sensasi berada di venue meskipun menonton dari rumah, atau bahkan berinteraksi dengan elemen digital eksklusif selama konser berlangsung. Tren ini tidak hanya memperluas jangkauan pasar bagi promotor dan musisi, tetapi juga membuka peluang baru dalam monetisasi, seperti penjualan tiket virtual dan merchandise berbasis digital. Dengan inovasi-inovasi ini, masa depan industri konser di Jakarta diprediksi akan semakin dinamis dan inklusif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline