Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Ricky Perdana

gemar travelling, fotografi dan menulis

Memutus Rantai NII, Ideologi Anti Pancasila

Diperbarui: 23 April 2022   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pancasila - jalandamai.org

Belum lama ini, publik kembali digemparkan penangkapan 16 kelompok NII di Sumatera Barat. Sebelumnya, juga sempat ditangkap di Garut, Lampung dan beberapa daerah lainnya. NII memang bukan kelompok teroris. Tapi ideologi radikal yang mereka yakini, bisa selangkah lebih dekat dengan perilaku terorisme. 

Banyak media memberitakan bahwa para pendiri dan anggota Jamaah Islamiyah (JI) sebuah organisasi teroris di Indonesia, merupakan alumni dari NII. Karena itulah, bukanlah berlebihan jika kita semua patut memberikan kewaspadaan, terhadap ideologi yang disebarkan oleh kelompok NII ini.

NII ini tidak jauh berbeda dengan preman yang berkedok dibalik agama. Mereka terus menebar provokasi dan ujaran kebencian, dengan diselipkan sentimen agama di dalamnya. Misalnya, Indonesia dianggap sebagai negara kafir yang mengakui konsep demokrasi. Sementara demokrasi merupakan produk barat, yang sudah mendapatkan stigma kafir. Karena dianggap bagian dari kafir, segala sesuatu yang dilahirkan di Indonesia dianggap kafir dan harus ditentang. Pandangan ini jelas salah dan tidak perlu diikuti.

Dalam implementasinya, ideologi radikal yang dianut oleh NII sudah semakin tidak masuk akal. Semuanya dianggap salah dan sesat. Pancasila dianggap sesat. Hormat bendara merah putih dianggap sesat. Menyanyikan lagu Indonesia Raya sesat. Dan masih banyak lagi kesesatan yang dimunculkan oleh kelompok ini. Masyarakat yang tingkat literasinya rendah akan mudah terprovokasi. Apalagi jika diselipkan sentiman agama di dalamnya.

Perlu ada komitmen bersama, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran paham radikalisme NII ini. Ingat, Indonesia adalah negara dengan tingkat keberagaman yang sangat tinggi. 

Tidak ada negara di dunia yang majemuk seperti Indonesia. Bayangkan, ribuan suku yang tersebar dari Aceh hingga Papua, melekat perbedaan dibelakangnya. Mulai dari agama, bahasa, budaya dan adat istiadat lainnya. 

Jika lalu Islam dianggap paling benar karena bagian dari mayoritas, bagaimana dengan yang lainnya? Pandangan ini tentu bertentangan dengan karakter masyarakat Indonesia.

Karena bertentangan, maka tidak perlu kita ikuti. Hanya saja, perlu komitmen bersama dari semua elemen masyarakat, untuk saling menguatkan literasi. 

Mari belajar agama secara utuh dan benar. Jangan belajar secara sepotong dan pada orang yang salah. Saat ini banyak sekali bermunculan orang yang mengaku paham agama, tapi dalam ucapan dan perilakunya justru sangat jauh dari nilai-nilai agama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline