Lihat ke Halaman Asli

goesrifai

Librarian

Belajar dari "Silent Spring" Karya Carson dalam Merawat Bumi

Diperbarui: 22 April 2025   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SHUTTERSTOCK/Sayan Puangkham via KOMPAS.com

Dalam rangka menyambut Hari Bumi 2025, Kementerian Agama Republik Indonesia mencanangkan gerakan nasional penanaman sejuta pohon matoa di seluruh wilayah Indonesia.

Inisiatif ini bukan hanya sebuah upaya penghijauan, tetapi juga bagian dari gerakan moral dan spiritual untuk meneguhkan peran manusia sebagai khalifah di bumi yang bertanggung jawab merawat ciptaan Tuhan.

Pohon matoa, tanaman endemik khas Papua yang kini dikembangkan di berbagai daerah, dipilih sebagai simbol keberagaman hayati Indonesia sekaligus komitmen terhadap konservasi dan pelestarian lingkungan hidup.

Gerakan ini selaras dengan semangat global Hari Bumi, yakni memulihkan bumi dari kerusakan ekologis akibat eksploitasi berlebihan. Namun lebih dari itu, ia juga menjadi kesempatan untuk belajar dari masa lalu dan memperbaiki cara kita memperlakukan alam.

Dalam konteks inilah, kita patut menengok kembali pelajaran penting dari buku Silent Spring karya Rachel Carson---sebuah karya monumental yang menjadi dasar munculnya kesadaran lingkungan modern dan bahkan mengilhami lahirnya Hari Bumi Dunia pertama pada tahun 1970.

Belajar dari Silent Spring

Buku Silent Spring karya Rachel Carson yang diterbitkan pada tahun 1962 telah mampu mengguncang dunia. Carson mengungkap dampak mengerikan dari penggunaan pestisida sintetis seperti DDT yang merusak ekosistem secara sistemik. Burung-burung mati, tanah menjadi tercemar, air kehilangan kesegarannya, dan manusia menjadi bagian dari lingkaran racun yang diciptakannya sendiri. Ia menunjukkan bahwa ketika kita meracuni alam, sebenarnya kita sedang meracuni diri kita sendiri.

Buku ini mengajarkan bahwa merawat bumi bukan hanya soal tindakan langsung, tetapi juga soal cara berpikir: kita harus mengakui bahwa manusia adalah bagian dari sistem ekologis yang kompleks. Perusakan satu komponen dapat menyebabkan kerusakan pada keseluruhan sistem. Dengan kata lain, Silent Spring mengajak kita untuk berpikir ekologis---memahami bahwa segala sesuatu di alam saling berhubungan.

Menanam Pohon: Langkah Sederhana, Dampak Luas

Gerakan menanam sejuta pohon matoa yang diluncurkan oleh Kementerian Agama sangat tepat jika dilihat dalam terang pemikiran Rachel Carson. Bebera alasan mengapa menanam pohon memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem, yaitu:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline