Lihat ke Halaman Asli

Afriantoni Al Falembani

Dosen dan Aktivis

Keluarga sebagai Ekosistem Pendidikan yang Terlupakan (Refleksi Hardiknas 2018)

Diperbarui: 2 Mei 2018   18:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hari yang berbahagia ini sudah selayaknya kita mengucapkan "Selamat Hari Pendidikan !!!". Kata ini hampir setiap tahun menyebar melalui media sosial dan terkadang diikuti dengan upacara bendera. Semarak merayakan hari ini bisa dengan memeriahkan dengan ragam kegiatan lomba baca, menulis, pidato,  dan pameran.

Hari pendidikan pada tanggal 2 Mei ini selalu menjadi tolok ukur bagi kebangkitan SDM. Setiap hari kita bergelut dengan pendidikan. Maka sebenarnya, pendidikan tidak mengenal hari besar. Hanya sangat disayangkan hari pendidikan kalah oleh semaraknya hari buruh yang selalu diiringi dengan demo yang mengundang massa mencapai puluh ribu.

Tetapi ekosistem pendidikan saat ini masih mengikuti pola lama. Karena berkaitan dengan birokrasi. Sehingga pembudayaan pendidikan masih jauh dari perubahan signifikan. Pendidikan sudah selayaknya mengikutsertkan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan yang selama ini terlupakan.

Berdasarkan strategi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada periode 2014-2019 tidak semata-mata pada terbentuknya insan pendidikan yang cerdas, tapi juga ekosistem pendidikan yang cerdas dan berkarakter dengan dilandasi semangat gotong royong.

Strategi ini menjadi misi Presiden untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukan hanya membikin anak pandai dan cerdas, tapi juga  membuat kehidupan warga yang cerdas. Jadi yang harus dicerdaskan itu ekosistemnya.

Mempertimbangkan strategi misi presiden itu lahirlah Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga sebagai salah satu aksi dalam penguatan ekosistem pendidikan. Namun, penguatan keluarga ini masih "jauh panggang dari api".

Hari ini sudah sangat bias dan memberikan makna yang gamang. Karenanya senyum saya lebar jika mendiskusikan manajemen berbasis sekolah. Karena menurut saya konsep inilah yang dapat membangun ekosistem pendidikan degan cara button up.

Manajemen ini menitikberatkan pada kepala sekolah dan guru dalam menentukan keberhasilan siswa. Manajemen ini mengutamakan kepentingan sekolah. Sekolah selain mentaati ragam kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan sekolah.

Ekosistem pendidikan sudah semestinya mengedepankan lokal wisdom melalui keluarga untuk mengedepankan pola yang penting mencapai tujuan sekolah. Hari ini kita pun mendiskusikan bahwa pendidikan adalah wahana pembelajaran seumur hidup untuk menghasilkan SDM berkualitas dan manusia hakiki secara maknawi.

Oleh karena itu mutu pendidikan sudah selayaknya agar segera di benahi dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia itu sendiri. Untuk pembentukan ekosistem pendidikan ini diharapankan agar pemerintah harus dapat terus meningkatkan keterpaduan pendidikan secara komprehensif dengan kebudayaan.

Menciptakan hubungan yang harmoni antara keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dimana lokal wisdom dapat menjadi kunci dalam usaha penguatan karakter siswa berdasarkan pemahaman kebhinekaan yang unik bagi bangsa Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline