Lihat ke Halaman Asli

Wafaul Ahdi

MAHASISWA

Memecahkan Anggapan Orangtua "Bermain Itu Tidak Ada Gunanya"

Diperbarui: 21 Oktober 2020   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: appletreebsd.com

Nak, nak main mulu kerjaan nya,belajarnya kapan? (Ujar mamah)

Belajar lagi, belajar aja, belajar terus. Sekali aja mamah nyuruh aku main, aku bakal salto deh di depan mamah. (Ujar anak)

Lagi-lagi perihal mengekang, entah apa yang melatarbelakangi orang tua yang kemudian menjadi pribadi serba mengekang. Anak melakukan ini salah, anak melakukan itu salah, giliran anak diam saja di tanya "kenapa". Memang segala larangan yang diberikan orang tua tidak lain tidak bukan demi kebaikan anak itu sendiri, tetapi perlu diperhatikan terlalu banyak melarang juga akan berdampak buruk terhadap perkembangan buah hati kita.

Di saat anak selalu di larang dan dikekang, sesungguhnya orang tua sedang mengunci akses mereka untuk belajar. Anak tidak dapat mengekplorasi sesuatu dengan nyata dan benar, dan anak tidak akan mempunyai sebuah pengalaman yang akan dijadikan nya sebagai bahan untuk belajar. (Dr. Catharine Mayung Sambo, Sp.A(K))

Bermain dan anak-anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Namun, kebanyakan orang tua alih-alih selalu memikirkan masa depan hingga akhirnya pendidikan yang dijadikan sebagai sebuah patokan. Sehingga belajar dijadikan sebuah prioritas dan bermain hanya menjadi peran figuran disana. Dalam seharian waktu anak hanya terkuras habis dengan belajar terpaku di meja belajar dan dihadapkan dengan sejumlah buku-buku pelajaran.

Ada sebuah penelitian yang menggambarkan bahwasannya anak-anak dalam kondisi tersebut dalam artian kurang bermain mungkin memiliki sebuah kecemasan, depresi, dan sebuah perasaan tidak berdaya. Ini merupakan dampak yang ditimbulkan dari menurunnya aktifitas bermain dan orang tua yang memberikan pantauan ketat atau orang tua menjadi remot dalam segala kegiatan yang anak lakukan.

Mamah tuh khawatir nak, jika kamu main di luar kamu akan kenapa-kenapa. Bayangan mamah kamu akan di culik, dijahili teman, jatuh, dan masih banyak lagi prasangka buruk yang selalu menetap di pikiran kalau suatu hari mamah mengizinkan kamu main di luar. (Ujar mamah)

Ya, memang alasan tersebut kerap terlontar dari para ibu yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi, dan sangat wajar memang. Namun, fikirkan kembali nasib buah hati anda yang merasa terkekang dengan larangan yang anda berikan.

Cara yang terbaik adalah berikan kesempatan si kecil bermain tetapi disertai dengan pengawasan.

Membebaskan anak bermain bukan berati orang tua melepaskan tanggung jawabnya. Karena sejatinya pengawasan merupakan hal yang terpenting, selain pengawasan disertai pula pemberian arahan agar anak mengetahui mana yang seharusnya dilakukan, mana yang seharusnya tidak dilakukannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline