Versi Bahasa Indonesia
Disclaimer:
Cerita ini adalah karya fiksi penggemar (fanfiction) yang terinspirasi dari karakter dan konsep dalam Marvel Cinematic Universe (MCU), milik Marvel Studios dan Disney. Kisah ini berlatar waktu setelah peristiwa di film Doctor Strange: Multiverse of Madness dan Deadpool & Wolverine, serta serial TV WandaVision, She-Hulk: Attorney At Law, dan Daredevil: Born Again.
Saya tidak memiliki hak atas karakter seperti Jennifer Walters/She-Hulk, Wong, America Chavez, Wanda Maximoff/Scarlet Witch, Doctor Bong, Bruce Banner/Hulk, Matt Murdock/Daredevil, Foggy Nelson, Karen Page, Nikki Ramos, Mallory Brooke, Deadpool maupun elemen TVA dan multijagat. Semua karakter orisinal (Agent Praxis, Judge Vignya, Gurges Gigas, dan saya sang penulis) merupakan ciptaan saya sendiri. Karya ini dibuat murni untuk hiburan pribadi dan komunitas, tanpa tujuan komersial. Untuk kolaborasi, silakan hubungi: [adityanperdana@gmail.com]
*****
Suara tarikan dan hembusan napas berat She-Hulk terdengar di antara deretan rak tua di perpustakaan TVA. Ekspresi wajahnya serius menatap lurus sang lawan, Doctor Bong. Dalam hitungan detik, She-Hulk bergerak menyerang, berlari dan melompat ke arah Bong. Kepalan tangan hijaunya sudah siap mendarat telak di wajah si kepala lonceng.
Doctor Bong, ekspresi tenang tak bergeming, hanya memperhatikan gerakan She-Hulk dengan seksama. Tangan kanannya perlahan diangkat mendekati kepala loncengnya. Ketika waktunya tepat, Doctor Bong memecah udara dengan dentingan keras helm loncengnya, seperti gong maut yang mengguncang jiwa.
Sekejap, cahaya menyilaukan menyambar wajah She-Hulk, membuyarkan fokus dan penglihatannya. “Inilah hidupmu seharusnya…”, suara dingin Bong bergema, sebelum dunia di sekitarnya berputar liar. She-Hulk terseret masuk ke dalam pusaran gelap bak ditelan lubang hitam. “ADA APA INIIIIII…?!!”, teriakan She-Hulk yang perlahan menghilang.
Seketika, She-Hulk, dalam wujud Jen, mendapati dirinya berada di kursi pengemudi mobil yang melaju dengan kecepatan sedang. Di sampingnya, Bruce Banner duduk dengan raut wajah tersenyum, seolah sedang mendengarkan ocehan Jen. Tangan kanan Bruce, yang terbakar akibat menggunakan Infinity Gauntlet (lihat Avengers: Endgame), masih menggunakan arm sling berwarna biru gelap.
Momen ini adalah sesaat sebelum kecelakaan yang menimpa Jen dan Bruce. Jen membanting setir untuk menghindar dari pesawat luar angkasa yang tiba-tiba muncul menghalangi laju kendaraan. Akibatnya, mobil terpelanting keluar jalan dan jatuh ke bawah tebing. Bruce terluka dan berdarah di bagian kepala.