Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

The Zone of Interest, Sebuah Dikotomi "Surga" dan "Neraka" di Kamp Konsentrasi Auschwitz

Diperbarui: 4 Maret 2024   10:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The Zone of Interest/Sumber: latimes.com

Rudolf Hoss (Christian Friedel) mempunyai keluarga yang bahagia. Bersama istri dan kelima anaknya, dia tinggal di sebuah rumah yang indah. Betapa tidak, di dalamnya terdapat hamparan taman yang ditumbuhi oleh beragam jenis bunga yang cantik. Ada juga kolam renang mini tempat kelima anaknya bermain dengan riang. 

Di dekat rumahnya juga mengalir sebuah sungai yang tenang. Tatkala sedang senggang, dia sering mengajak keluarganya ke sana, sekadar untuk piknik atau berenang atau naik kano. Keluarganya tampak menikmati waktu-waktu terbaiknya di tempat tersebut, meskipun sesekali mereka mesti mendengar jeritan manusia yang sedang dibantai.

Ya, Keluarga Hoss yang menjadi "poros" film The Zone of Interest memang tinggal di tempat yang tidak biasa: di samping Kamp Konsentrasi Auschwitz, tempat lebih dari 1 juta orang Yahudi dieksekusi selama masa Perang Dunia Kedua. 

Meski begitu, kita tidak akan disuguhkan adegan demi adegan tidak berperikemanusiaan, seperti eksekusi di kamar gas atau pembakaran mayat yang mungkin bisa bikin mual. 

Jika ingin melihat betapa mengerikan suasana kamp tersebut, maka sebaiknya kita menonton film lain saja, macam Schindler's List (1993) yang jelas-jelas menampilkan adegan kekerasan yang lebih "vulgar".

Sebaliknya, The Zone of Interest justru menunjukkan sudut pandang yang berbeda. Lewat kacamata keluarga Hoss, kita bakal melihat sebuah pemandangan yang lain: Keluarga seorang Komandan Nazi yang disegani, yang malah menemukan "kehidupan impian" di lingkungan kamp konsentrasi!

Agaknya kamp konsentrasi sudah menjadi "zona nyaman" bagi keluarga Hoss. Buktinya, sewaktu Rudolf diberitahu bakal dipindahtugaskan ke wilayah lain, istrinya Hedwig (Sandra Huller) menolak keras. Hedwig bertengkar dengan suaminya karena dia kukuh ingin membesarkan anak-anaknya di rumah tersebut. 

Terlebih, semua keindahan yang tercipta di rumahnya adalah hasil kerja kerasnya, sehingga dia merasa berat meninggalkannya begitu saja. Alhasil, dia terus membujuk suaminya supaya memengaruhi atasannya untuk menganulir rencana kepindahannya tersebut. 

Apakah keinginan Hedwig terkabul?


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline