Lihat ke Halaman Asli

Ibnu Sadan

https://bit.ly/belajarviainternet

Aku Bangga Lahir dari Rahimnya

Diperbarui: 28 November 2020   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ibu bagiku laksana bintang yang menjadi pusat tata surya dalam kehidupan. Kehadirannya sebagai orang yang tedekat dengan semua penghuni rumah memegang peran penting dalam menjaga kelangsungan hidup serta pembentukan iklim dalam keluarga.

Ibu, sekolah pertamaku. Bahkan lebih dari itu. Karena bukan hanya mengajari segala ilmu melainkan ikut berperan membentuk perilaku, memberi contoh yang baik untuk ditiru, dan melarang agar jangan mengikuti hal-hal yang keliru.

Meskipun bukan psikolog, tapi beliaulah yang paling tahu tentang aku. Kemampuannya memberi dorongan untuk bangkit kembali jika aku terjatuh dapat mengalahkan motivator manapun di dunia ini. Dan kemahirannya menutupi kelamahan orang lain yang perlu dihormati di depan matuku juga sangat luar biasa, sehinggga nyaris tidak menyisakan sedikit pun ruangan dalam hatiku untuk menyepelekan orang-orang yang perlu aku hormati.

Walaupn ayah di kemudian hari aku tahu bahwa beliau kurang pandai dalam menulis dan membaca huruf latin karena tidak pernah mengenyam sekolah formal, namun dengan cara ibuku memperkenalkannya kepada ku sejak aku masih kecil, sampai sekarang pandanganku terhadap ayah tidak ada sedikitpun yang kurang.

Ayah adalah juara satu seluruh dunia. Demikianlah ibu memperkenalkannya padaku. Sehinngga kekagumanku dalam segala hal kepada ayah tidak pernah surut walau seinci. Semua itu bisa terjadi aku yakin karena ibu tidak pernah memperlihatkan kepadaku apa pun hal-hal yang bisa dinilai menjadi kekurangan tentang ayah, melainkan jika pun ada yang kurang ibu akan mengajakku untuk melihatnya dari sisi yang lain sehingga yang tampak bagiku selalu kelebihannya.

Cara ibuku mengajariku bagaimana melihat dunia yang berada di luar diriku sendiri mempengaruhi hidupku sampai sekarang. Demikian juga tentang cara belajar, ibuku mengajarinya, yang terpenting bukan berapa banyak ilmu yang engkau dapat tetapi yang lebih penting manfaat apa yang dapat kau peroleh dan bisa kau berikan kepada orang lain dari ilmu yang sudah kamu punya.

Dalam melihat orang lain, ibuku selalu menekankan untuk meneladani perilaku para nabi dan orang-orang yang ada ceritanya dalam Al Quran. Orang-orang baik yang kisahnya ada dalam al Quran, kata ibuku, cukup banyak.

"Dalam segala keadaan kamu bisa ambil contoh dari mereka," demikian katanya suatu ketika. Termasuk cara memperjuangakan perubahan dalam satu negara. Melakukan demontrasi dan mencaci pemerintah itu bukan cara yang ditempuh orang-orang baik yang kisahnya ada dalam Al Quran. Pesan itu sampai sekarang masih terngiang ditelingaku.

Menurut ibuku, jika mau berjuang apapun perjuangan yang dilakukan lakukanlah dengan cara yang benar. Sesuai contoh dan petunjuk yang ada dalam Al Quran. Dan jangan lupa minta tolong kepada Allah dengan sabar dan shalat.

Lihatlah bagaimana sabarnya Nabi Musa menghadapi Firun. Setiap beliau mengajak kepada kebaikan yang diterimanya adalah ejekan, hinaan, dan bahkan pengusiran. Tapi lihatlah, tidak ada ejekan dibalas dengan ejekan, hinaan dibalas dengan hinanaan, juga tidak ada doa yang mengarahkan kepada keburukan.

Dalam pandangan ibuku, karena kesabaranlah maka Nabi Musa mendapat kemenangan. Demikian juga nabi-nabi yang lain, mereka mendapat pertolongan Allah tidak lepas dari perilakunya yang ikhlas menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah melakukan berbagai usaha dengan cara yang benar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline