Lihat ke Halaman Asli

Ketimpangan Lowongan Kerja : Saat Laki-Laki Sulit Masuk Pabrik di Majalengka

Diperbarui: 15 Juni 2025   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : chatgpt

Wilayah Utara Majalengka kini dikenal sebagai kawasan industri baru yang terus berkembang pesat. Deretan pabrik berdiri megah di sepanjang kecamatan seperti Sumberjaya, Palasah, Jatiwangi, Ligung, Kertajati, hingga Jatitujuh. Kawasan ini menjadi magnet baru bagi pencari kerja, terutama bagi lulusan baru yang ingin langsung masuk dunia kerja tanpa harus merantau ke kota besar.

Namun, di balik geliat industrinya, muncul satu fenomena menarik yang justru menjadi ironi: mayoritas lowongan pekerjaan di pabrik-pabrik tersebut didominasi oleh posisi untuk perempuan. Dalam banyak pengumuman rekrutmen, komposisi penerimaan mencengangkan---sekitar 80% lowongan ditujukan untuk perempuan, sementara laki-laki hanya diberi ruang sekitar 20%.

Akibatnya, banyak lulusan SMA/SMK laki-laki di wilayah ini merasa tidak punya cukup peluang kerja. Padahal, mereka pun siap dan bersedia bekerja di sektor industri. Ketimpangan ini seolah menjadi penghalang tak kasat mata yang membuat mereka "menganggur di rumah sendiri."

Kenapa bisa terjadi seperti ini?

Beberapa alasan teknis kerap dilontarkan pihak pabrik, seperti "pekerjaan lebih cocok untuk perempuan" karena dinilai lebih teliti, cepat, dan bisa bekerja dalam tekanan. Namun, jika kebijakan ini dibiarkan tanpa evaluasi, maka akan menimbulkan dampak jangka panjang: pengangguran laki-laki yang terus meningkat dan ketimpangan sosial yang makin melebar.

Pemerintah Daerah Majalengka punya pekerjaan rumah besar. Perlu ada regulasi atau kebijakan afirmatif yang mendorong kesetaraan peluang kerja bagi semua gender. Industri harus didorong untuk membuka jenis pekerjaan yang lebih beragam, sehingga bisa menampung tenaga kerja laki-laki maupun perempuan secara adil.

Pembangunan kawasan industri seharusnya menjadi berkah bagi seluruh masyarakat, bukan hanya sebagian. Kesempatan bekerja adalah hak semua warga, dan sudah seharusnya kita mulai bicara tentang keadilan dalam rekrutmen tenaga kerja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline