Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Dewa Terkelupas oleh Master, Bukti Catur Bukan Sekadar Keajaiban

Diperbarui: 23 Maret 2021   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar lustrasi. Diedit dan tambahkan oleh penulis. Sumber gambar: Science Photo Library via BBC.com

Pada awal 2017 di Banda Aceh, dalam rangka kunjungan kerja tim Kompasiana dipimpin kang Pepih Nugraha untuk sebuah acara nangring Kompasiana bersama Bank Indonesia di kota "Serambi Mekkah" sempat hadir ke lapak usaha saya pada malam yang mulai sepi pengunjung saat itu.

Bersama kang Pepih ada bang Isjet dan kalau tidak salah mas Nurul dan seorang lagi lupa namanya. Seorang lagi ada kompasianer senior dan kawakan dari Aceh Tengah, bapak Syukri Muhammad Syukri.

Di lapak dagangan sederhana itu saya ngobrol dengan bang Isjet dan lainnya sementara kang Pepih bermain catur melawan pak Syukri diselingi ngopi "bubuk kopi" Gayo spesial yang sengaja dibawa pak Syukri. 

Hasil pertandingan dadakan ketika itu kang Pepih menang atas pak Syukri dalam permain 2 ronde.

Melihat pak Syukri kalah saya yang merasa lebih kuat dari pak Syukri gantian melawan kang Pepih. Hasilnya, saya babak belur "disiksa" kang Pepih hingga raja saya digiring ke area asal kang Pepih pada ronde pertama.

Masih penasaran, saya sambung ronde ke dua. Hasilnya lebih menyedihkan. Saya kalah lebih cepat melalui serangan Bliztkrieg bergelombang hingga masuk ke perangkap "elephant Trap." Dua Gajah kang Pepih di bantu Mantri menghentikan perlawanan saya yang makin modhar rasanya usai permainan itu.

Tak apalah banyak menimba pengalaman dari "master" kang Pepih. Hingga kini masih terkenang oleh saya peristiwa berharga tersebut. Setiap melihat atau membaca artikel kang Pepih sedikitnya terlintas pengalaman di atas.

Dari sana saya belajar dan mengakui bahwa bakat alam saja TIDAK cukup untuk meningkatkan kemampuan bermain catur. Musti belajar teori demi teori secara simultan dan memperkaya diri dengan menguasai beberapa teori serangan.

Itu sebabnya ketika Dedy Corbuzier mengajak Grand Master Wanita (GMW) Indonesia Irene K. Sukandar dan Dadang Subur (pemilik akun Dewa Kipas di Chess.com) bermain jenis permainan catur cepat (Chess Speed) di Podcast-nya sudah tergambar oleh saya dari awal pastilah ini pertandingan yang tidak seimbang.

Tanpa bermaksud menyepelekan kekuatan "Dewa Kipas" permainan catur cepat tak cukup sekadar jam terbang saja melainkan perlu teori, konsep dan strategi yang dapat dipelajari secara ilmiah.

Secara ilmiah artinya "Sesuatu bersifat keilmuan, memenuhi syarat kaedah ilmu pengetahuan. Jadi teori dalam bermain catur itu sifatnya keilmuan, bisa dipelajari dan bersifat universal tentu saja bagi yang membutuhkannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline