Lihat ke Halaman Asli

Lily Trisnawati

Hamba Allah yang sedang belajar dan memanfaatkan sains untuk kehidupannya

Rasa yang Berbeda tapi Sejatinya Sama

Diperbarui: 13 Juni 2021   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi

Kemarin malam tak terduga berpikir bahwa keadaan aku sekarang adalah sesuatu yang sangat mungkin diinginkan orang lain. Lalu, sebelum beranjak tidur membuka halaman baca online, wattpad. Entah lupa bagaimana akhirnya bisa membuka akun mbak olly (@teru_teru_bozu) dan bertemu cerita pendek yang menurutku inspiratif dan berkenaan seperti apa yang aku pikirkan sebelumnya.

Sebuah cerita pendek dengan dua tokoh fiksi berbeda karakter bernama Tantri dan Widi. Seorang Tantri adalah perempuan yang super aktif meskipun tidak tekun dalam belajar termasuk sesorang yang diberi kelebihan mudah mengerjakan soal hanya dari penjelasan dosen di kelas. Berbeda dengan Widi, seorang perempuan cantik, gerak geriknya kalem dan halus mempesona, serta tekun belajar. Mereka berteman dekat sejak SMA tapi tidak terlalu dekat untuk disebut teman juga. Masih ada yang disembuyikan antara keduanya.

Belatar waktu saat pendidikan kuliah, mereka terlihat bersaing secara sehat namun mempunyai tujuan yang berbeda ketika mendekati akhir. Tantri yang ingin segera bekerja akhirnya belajar lebih serius dan lulus lebih cepat dari Widi. Karena ingin nilai yang sempurna di akhir, Widi tekun memperbaiki nilai sebelum lulus, hingga akhirnya lebih lambat lulus daripada Tantri.

Nasib pun akhirnya memisahkan mereka setelah lulus kuliah. Tantri bekerja dan menikmatinya sedangkan Widi merasa belum puas dengan S-1 yang akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kuliah kembali hingga akhirnya menjadi dosen di kampus mereka dahulu. Singkat cerita Tantri akhirnya bosan terhadap pekerjaannya dan memutuskan untuk menikah, berbeda dengan WIdi yang masih nyaman dengan pencapaiannya saat ini.

Ketika mereka tidak sengaja bertemu saat kedua nasib yang berbeda jauh, Tantri sibuk dengan menjadi Ibu rumah tangga yang sedikit membuat dia menghindar dari kegiatan alumni kampusnya karena merasa malu dan merasa tidak ada bahan obrolan lagi. Sedangkan Widi seorang doctor yang merupakan calon terkuat untuk menjadi ketua jurusan. Pertemuan kembali mereka setelah kurang lebih tujuh tahun, membuat kedua saling meyimpan perasaan malu sekaligus iri terhadap yang lainnya. Tantri terhadap Widi maupun sebaliknya.

Tantri yang rindu terhadap dirinya yang penuh kebebasan dan bisa melakukan apapun tanpa perlu berkompromi dengan orang lain. Yang akhirnya bergejolak kembali dalam perasaan setelah bertemu Widi yang masih bisa seperti itu. Berbeda dengan Tantri, Widi mengamati Tantri pun merasa kalah lagi. Karena Tantri terlihat bahagia dengan keluarga kecilnya dan selalu bisa mendapatkan apa yang diinginkan.

Pada akhirnya, perasaan itu masih bisa aku kendalikan dengan rasa syukur atas dunia nyata saat ini. Karena membaca cerita itu layaknya berkaca pada diri sendiri, sepertinya pernah pada posisi mereka berdua. Dan menumbuhkan rasa syukur dapat melapangkan dada malam kemarin, hingga akhirnya tertidur lebih cepat. Tanpa sadar aku menelisik apa yang ada di depanku saat itu dan hanya melakukannya saja. Apa hanya membaca buku atau membersihkan diri sebelum tidur sebagai bentuk rasa syukur atas ketenangan dunia nyataku saat itu. Alhamdulillah sedikit mengurangi distraksi media sosial yang kutakutkan membuat perasaan bergejolak seperti Tantri dan Widi. Bertumbuh rasa malu dan iri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline