Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyemai Pembelajaran Mendalam; Catatan Reflektif Webinar Hari Belajar Guru

26 Juni 2025   16:03 Diperbarui: 26 Juni 2025   16:03 4482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar peserta webinar hari belajar guru

Hari pertama mengikuti webinar Pembelajaran Mendalam yang diselenggarakan Komunitas Hari Belajar Guru menghadirkan Prof. Yuli Rahmawati sebagai narasumber tunggal. Beliau adalah pengembang utama naskah pembelajaran mendalam dalam konteks Pendidikan Indonesia. Paparan beliau membuka cakrawala baru tentang bagaimana pembelajaran tidak semata-mata menyampaikan materi, tetapi menghidupkan makna dalam setiap proses belajar di kelas.

Salah satu contoh sederhana yang disampaikan adalah soal matematika: "Jika satu apel harganya satu dolar, berapa harga tiga apel?" Jawaban aritmatika sederhana adalah tiga dolar, namun dalam kehidupan nyata bisa berbeda---tiga apel bisa saja dijual seharga 2,5 dolar. Contoh ini menunjukkan pentingnya kontekstualisasi pembelajaran agar peserta didik tidak hanya menjawab soal, tetapi memahami realitas.

Prof. Yuli juga menekankan bahwa prinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan bukanlah alur yang kaku, melainkan harapan yang bisa dijalankan secara fleksibel sesuai konteks kelas. Yang lebih penting adalah bagaimana guru membangun pengalaman belajar yang memberi ruang berpikir dan merasakan iklim pembelajaran bagi peserta didik.

Terkait dengan itu, aktivitas memahami, mengaplikasi, dan merefleksi sebaiknya dilaksanakan secara berurutan. Ini bukan sekadar format, tapi cara kerja belajar agar siswa tidak "melompat-lompat" dalam memahami konsep. Namun, beliau mengingatkan bahwa satu siklus pembelajaran mendalam tak harus selesai dalam satu pertemuan. Bisa saja proses memahami berlangsung dua kali pertemuan, terutama di kelas awal atau ketika materi cukup kompleks.

Format perencanaan pembelajaran pun tidak bersifat baku. Yang penting adalah guru memahami esensi perencanaan: merancang aktivitas yang memungkinkan siswa belajar secara bermakna. Guru diperkenankan memilih model pembelajaran tertentu, atau bahkan merancang sendiri praktik pedagogis yang kontekstual dengan kelasnya.

Dalam pembelajaran mendalam, asesmen dan refleksi menjadi kunci penting. Sering kali peserta didik tidak mampu mengenali pengalaman belajarnya sendiri. Maka, refleksi menjadi sarana bagi guru dan murid untuk merancang perbaikan secara berkelanjutan. Hal ini juga menjadi dasar pembentukan budaya belajar, agar kegiatan belajar tidak sekadar mengejar tes, tapi menjadi proses tumbuh dalam jangka panjang.

Yang menarik, Prof. Yuli menyinggung soal kemitraan pembelajaran. Ia menyampaikan bahwa kemitraan tidak harus selalu menghadirkan orang luar, tetapi cukup mengoptimalkan lingkungan sekolah: guru, siswa lain, kepala sekolah, pegawai kebersihan, hingga pemilik kantin. Semuanya bisa menjadi bagian dari ekosistem belajar, tergantung pada tujuan pembelajaran masing-masing.

Terakhir, beliau menekankan bahwa dimensi profil lulusan tidak harus dicapai sekaligus dalam satu kali pertemuan. Di beberapa negara seperti Australia, capaian itu dibangun secara tahunan. Dalam konteks Indonesia, setiap guru berkontribusi terhadap dimensi tersebut sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan belajar masing-masing sehingga secara tidak langsung, proses kolaborasi itu terbangun dengan baik.

Pada sesi akhir, saya tiba ke konklusi bahwa penjelasan Prof. Yuli menguatkan semangat kepada kita bahwa guru memiliki ruang kreatif untuk menciptakan pembelajaran yang tidak hanya informatif, tapi juga transformatif.

Tangkapan layar peserta webinar hari belajar guru
Tangkapan layar peserta webinar hari belajar guru

Sampai jumpa di hari kedua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun