Mohon tunggu...
Ammar Maruf ramadhan
Ammar Maruf ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa

halo teman-teman saya mahasiswa smester 3 prodi pendidikan guru madrasah ibtidaiyah uin kiai ageng muhammad bersari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Bukan Sekedar Nilai: Prespektif Psikologi Pendidikan

2 Oktober 2025   15:00 Diperbarui: 2 Oktober 2025   14:35 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

    Sering kali belajar terasa seperti beban. Misalnya, ketika guru memberikan banyak tugas, yang muncul di pikiran bukan manfaatnya, melainkan rasa lelah yang akan dihadapi. Padahal, jika dilihat dari perspektif psikologi pendidikan, belajar tidak semata-mata soal nilai tinggi atau peringkat di kelas. Lebih dari itu, belajar merupakan proses memahami diri sendiri dan bagaimana kita berkembang dari waktu ke waktu.

    Psikologi pendidikan membahas hal-hal yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah perbedaan cara setiap orang menyerap informasi. Ada siswa yang cepat paham hanya dengan sekali membaca, sementara yang lain membutuhkan waktu lebih lama. Perbedaan ini biasanya terkait dengan gaya belajar. Ada yang lebih mudah belajar melalui visual seperti gambar dan diagram, ada yang melalui audio dengan mendengarkan penjelasan, dan ada juga yang kinestetik, yaitu memahami lewat praktik langsung. Dengan mengenali gaya belajar masing-masing, proses belajar akan terasa lebih efektif dan tidak menimbulkan frustrasi.

     Selain gaya belajar, motivasi juga memegang peran penting. Ungkapan "yang penting niat dulu" bukan sekadar kata-kata, melainkan mencerminkan betapa motivasi adalah bahan bakar utama dalam proses belajar. Jika belajar hanya didorong oleh rasa takut dimarahi guru atau orang tua, hasilnya sering kali tidak maksimal. Sebaliknya, ketika motivasi muncul dari dalam diri---misalnya keinginan untuk benar-benar menguasai materi agar bermanfaat dalam kehidupan nyata---hasil belajar akan lebih bertahan lama dan memberikan kepuasan tersendiri.

     Psikologi pendidikan juga menekankan peran emosi dalam proses belajar. Banyak siswa yang merasa "blank" saat ujian meski sebelumnya sudah belajar keras. Hal itu bukan berarti mereka tidak mampu, melainkan karena rasa cemas dan panik mengganggu konsentrasi otak. Oleh karena itu, penting bagi siswa untuk belajar mengelola emosi, misalnya dengan menarik napas dalam, menjaga pikiran positif, dan tidak terlalu keras menyalahkan diri sendiri ketika menghadapi kesulitan.

    Secara keseluruhan, psikologi pendidikan mengingatkan bahwa belajar adalah proses yang kompleks, dipengaruhi oleh faktor internal seperti motivasi, gaya belajar, dan emosi, serta faktor eksternal dari lingkungan. Dengan memahami cara kerja pikiran dan perasaan saat belajar, proses belajar dapat menjadi lebih ringan, menyenangkan, dan bermakna---tidak sekadar soal angka di rapor.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun