Menumbuhkan Semangat Belajar dan Karakter Melalui Pengalaman Asistensi Mengajar di SMAN 3 Kediri

Menjalani pengalaman sebagai asisten mengajar di SMAN 3 Kediri merupakan salah satu fase paling berkesan dalam perjalanan saya di dunia pendidikan. Bertugas sebagai guru Biologi kelas XI, saya tak hanya berkutat pada penyampaian materi, tetapi juga ikut terlibat secara mendalam dalam dinamika keseharian sekolah. Pengalaman ini memperkaya wawasan saya mengenai pentingnya pendidikan yang holistik dan berpusat pada siswa.

Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi bagian utama dari tanggung jawab saya. Setiap sesi pembelajaran menjadi ruang eksplorasi dan inovasi, di mana saya berupaya menjadikan Biologi sebagai pelajaran yang menarik dan mudah dipahami. Untuk mendukung hal tersebut, saya merancang berbagai media pembelajaran kreatif seperti power point interaktif, video animasi interaktif, serta lembar kerja berbasis aktivitas eksploratif seperti praktikum. Hasilnya, siswa lebih antusias dan mampu memahami topik-topik seperti sistem gerak, syaraf dan koordinasi hingga pertumbuhan dan perkembangan dengan lebih baik. Tertumana penerapan media rowth adventure berbasis model pembelajaran guided inquiry materi Pertumbuhan dan perkembangan terhadap keterampilan kolaboratif dan literasi sains siswa kelas XI SMAN 3 KEDIRI. Respon positif yang mereka tunjukkan menjadi indikator keberhasilan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan.

Di luar aktivitas mengajar, saya turut menyusun berbagai perangkat pembelajaran seperti RPP, LKPD, rubrik penilaian, program semester, dan program tahunan. Ini merupakan pengalaman pertama saya menyusun dokumen pembelajaran secara lengkap dan sistematis, menyesuaikan dengan karakteristik siswa serta pendekatan diferensiasi. Meskipun menantang, proses ini membuka pemahaman saya bahwa perencanaan yang matang adalah kunci dari proses pembelajaran yang efektif dan bermakna.

Saya juga berkesempatan mengikuti kegiatan Lesson Study bersama guru pamong dan rekan sejawat. Melalui kegiatan ini, kami merancang, mengamati, dan mengevaluasi pembelajaran secara kolaboratif. Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa guru yang baik adalah mereka yang terus belajar, mau menerima masukan, serta tidak ragu mencoba pendekatan baru demi meningkatkan kualitas pembelajaran.

Pengalaman saya tak hanya terbatas di ruang kelas. Saya turut aktif dalam kegiatan piket jabat tangan pagi, sebuah tradisi yang mempererat hubungan antarwarga sekolah dengan saling menyapa di gerbang setiap pagi. Meski sederhana, interaksi ini membentuk budaya positif dan meningkatkan kedekatan emosional antara guru dan siswa.

Saat bulan suci Ramadan, saya juga terlibat dalam program Pondok Ramadhan dan kegiatan bagi takjil bersama siswa dan guru. Kegiatan ini mengajarkan nilai-nilai kepedulian, empati, dan semangat berbagi, sekaligus memperkuat dimensi karakter spiritual dalam diri peserta didik.

Pengalaman lain yang tak kalah berkesan adalah saat saya mendampingi Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Bersama para siswa, kami melakukan eksperimen sederhana tentang pengolahan limbah dapur menjadi kompos cair. Kegiatan ini menjadi wadah aktualisasi bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan ilmiah yang sering kali kurang terakomodasi dalam pembelajaran formal.

Seluruh rangkaian pengalaman ini menyadarkan saya bahwa peran guru jauh lebih luas daripada sekadar pengajar di dalam kelas. Guru adalah fasilitator, pembimbing, teladan, sekaligus sahabat yang hadir dalam berbagai aspek kehidupan siswa. Di SMAN 3 Kediri, saya belajar bahwa pendidikan sejati tumbuh dari interaksi sehari-hari, ketulusan, serta kolaborasi yang berorientasi pada kemajuan bersama.

Asistensi mengajar ini telah mengukuhkan niat dan semangat saya untuk terus berkarya di dunia pendidikan. Dengan komitmen terhadap inovasi, empati, dan kerja sama, saya percaya bahwa pendidikan Indonesia akan mampu bergerak menuju arah yang lebih inklusif, transformatif, dan memberdayakan.