Mohon tunggu...
Amir Tengku Ramly
Amir Tengku Ramly Mohon Tunggu... Dosen - Lecture, Trainer, Asesor

Kepala Pusat Studi SDM SPS UIKA Bogor. Founder Pumping HR Institute, Trainer Nasional lisensi BNSP, Penemu konsep belajar Pumping HR Model. Aktifitas www.amirtengku.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manajemen Sukses Based Pumping HR Model

18 Januari 2018   18:19 Diperbarui: 18 Januari 2018   19:09 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PBHRM

Model Sukses Berdasarkan Quran Surat Ibrahim (14): 24

Oleh: Amir Tengku Ramly

Kata sukses bukanlah hal yang asing lagi bagi manusia. Kata sukses setiap hari berseliweran dalam rapat-rapat bisnis, dalam aktifitas social, dalam bangku kuliah, kelompok-kelompok belajar, meja tulis, ruang ibadah, aula pelatihan, kolam renang, lapangan golf bahkan lorong-lorong dapur kata-kata ini menyeruak, mendikte manusia untuk terus memacu adrenalinya.. mengejar impian.

Sukses seperti apa yang telah membuat manusia bersibuk diri, mengorbankan banyak hal untuk mendapatkan keinginannya tersebut. Apakah Sukses dengan banyak materi harta kekayaan yang berlimpah, atau sukses yang dikenal banyak orang karena dermawan, atau karena penemuan-penemuan yang diperoleh manusia, atau lainnya?

Menjawab beribu pertanyaan tentang kesuksesan yang dicari manusia, mari kita belajar dari pengalaman Steve Job (2012) seorang tokoh bisnis dan penemu, pendiri pendamping, ketua, dan mantan CEO Apple Inc dalam last words nya:

'Dalam dunia bisnis, aku adalah simbol dari kesuksesan, seakan-akan harta dan diriku tidak terpisahkan..... Mengejar kekayaan tanpa batas bagaikan monster yg mengerikan.... Harta kekayaan yang aku peroleh saat aku hidup, tak mungkin bisa aku bawa pergi. Yang aku bisa bawa adalah kasih yg murni yang selama ini terpendam dalam hatiku. Hanya cinta kasih itu lah yang bisa memberiku kekuatan & terang'.

Membaca pernyataan Steve Job diatas 'mengejar kekayaan tanpa batas bagaikan monster yg mengerikan' terbayang sebuah situasi lain ditempat yang berbeda ada sekomunitas professional yang bekerja, terus bekerja, terus, terus tanpa merasa lelah tetapi melupakan ibadah. 

Katanya ibadah nanti saja, tempatnya bukan disini (kantor). Ini tempat kerja, kalo mau ibadah disana di musholla atau ikut kegiatan social. Orang yang sudah disibuki kerja professional tidak ada waktu lagi untuk social dan sebaliknya orang yang sudah aktif kegiatan social sudah sulit untuk bekerja didunia professional, apalagi mengunjungi masjid... menjadi pekerjaan terberat dan terjauh dari seluruh perjalanan bisnis yang telah dilakukan.

Berkaca dari 2 kebutuhan sukses manusia yakni mendapatkan harta untuk kebutuhan hidup dan mendapatkan epos sebagai tabungan kebaikan dan cinta kasih sang penguasa manusia maka manusia membutuhkan sukses yang 'moderate', yaitu sukses yang membuatnya memiliki kecukupan harta dan kecukupan epos. Sukses yang pekerjaan atau profesi yang digeluti dan dikerjakan di dunia ini selain menghasilkan kecukupan hidup juga menjadi jalan pembuka kebaikan, menuju keridhaan Allah, menjadi hamba-hamba yang beruntung didunia dan akhirat.

Bagaimana sesungguhnya manusia bekerja, mengejar karir, membangun profesi terbaik yang diinginkan... yang effort nya selain mendapatkan kesuksesan duniawi juga memiliki nilai epos, sebagai nilai ibadah yang merupakan tabungan kesuksesan di yaumil akhir kelak. Pekerjaan atau profesi yang ideal adalah membuka pintu-pintu sukses dunia dan membangun jembatan menuju pintu-pintu surga pasca hidup didunia. Dalam Alquran surat Ibrahim (14) ayat 24, Allah memberikan solusi untuk hamba-hambanya yang menginginkannya. ""Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) kelangit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat" (QS 14:24)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun