Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Setelah Saling Bermaaf-maafan

5 Juni 2019   20:05 Diperbarui: 5 Juni 2019   20:21 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 1 Syawal 1440 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 5 Juni 2019 Masehi, Umat Islam di Indonesia dan beberapa negara lainnya bergembira dalam Hari Raya Idul Fitri. Hari Raya yang dalam budaya Nusantara disebut sebagai Hari Lebaran. Hari ini, Umat Islam merayakan kemenangan setelah berhasil melaksanakan pelatihan dalam menahan lapar-dahaga dan mengendalikan hawa nafsu selama sebulan penuh Ramadhan.

Momen lebaran di Indonesia identik dengan kegiatan bermaaf-maafan. Hari terakhir bulan puasa mulai ramai dengan kegiatan bermaaf-maafan melalui telepon, SMS, Whats App, dan berbagai platform media sosial. Meskipun begitu, secara resmi kegiatan bermaaf-maafan seolah baru afdhol setelah pelaksanaan sholat Idul Fitri.

Bermaaf-maafan adalah kegiatan aktif antara dua belah pihak. Yang satu meminta maaf, yang lainnya memberikan maaf, dan sebaliknya. Meminta maaf memerlukan sikap yang mau menurunkan ego ataupun sikap merasa lebih tinggi dari orang lain. Oleh karena itu meminta maaf relatif lebih sulit daripada memberikan maaf.

Akan tetapi memberikan maaf pada orang lain yang telah menyakiti, apalagi secara sengaja, terstruktur, sistematis dan masif adalah persoalan yang mudah. Diperlukan upaya atau sikap untuk bisa berlapang dada. Meminta maaf dan memberi maaf adalah sikap yang sama-sama mulia. Tidak ada yang lebih tinggi daripada yang lainnya.      

Lantas, setelah melakukan maaf-maafan, apa selanjutnya? Masing-masing move on atau melanjutkan hidup untuk kemudian melakukan kesalahan yang sama/berbeda? Masih tetap akan saling menyakiti atau saling merugikan? Kan nanti juga bisa maaf-maafan lagi? Beres perkara!

Tentu saja agama mengajarkan jangan sampai seperti demikian. Setelah saling memaafkan, maka sebisa mungkin berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan atau perbuatan dosa yang sama. Jangan sampai kegiatan saling bermaaf-maafan saat lebaran hanyalah seremonial belaka, tanpa menyesali perbuatan salah/dosa yang lalu. Apalagi jika menjadi pembenaran untuk melakukan hal yang sama karena merasa akan kembali minta maaf pada momen lebaran berikutnya.

Misalnya, bila sebelumnya sering menyebarkan hoax meskipun pada bulan puasa, maka setelah lebaran menjadi lebih berhati-hati dan selalu cek dan ricek dalam menyikapi informasi. Dengan demikian, ada pertanda bahwa permintaan maaf yang dilakukan adalah serius dan membuat diri berada di level yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

Semoga semua kesalahan dimaafkan dan segala dosa diberikan pengampunan. Selamat Lebaran!

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun