Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Sekilas tentang Yield (Bunga) Obligasi

2 Februari 2019   19:44 Diperbarui: 3 Februari 2019   23:39 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pasar Modal (Foto: Kompas/Iwan Setiyawan)

1. Obligasi dalam negeri dalam mata uang lokal yang bahasa pasarnya disebut Government Bond.

2. Obligasi Global atau Internasional dengan nilai valas (USD, EURO). Bahasa pasarnya International Bond atau Souvereign Bond.

Pun masing-masing obligasi dibedakan lagi sesuai jangka waktunya, ada yang mingguan, bulanan, 1 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun. Penentuan yield masing-masing obligasi tersebut menggunakan perhitungan dan pertimbangan khusus.  Bukan asal-asalan! Ada beberapa teori terkait penentuan tingkat yield obligasi, seperti Teori Harapan, Teori Preferensi Likuiditas, Teori Preferensi Habitat.

Yield obligasi sangat berhubungan dengan karakteristik yang dimiliki obligasi, seperti: kualitas, callability, kupon, marketability. Hal ini membuat ada perbedaan tingkat yield obligasi dari emiten  berbeda-beda, termasuk dari negara yang berbeda-beda.

Bagaimana Ferguso? Sudah lumayan tahu tentang yield obligasi? Ini baru informasi yang ringan. Kalau tertarik untuk lebih banyak tahu, tinggal google aja. Banyak website kredibel baik di Indonesia maupun Internasional yang menyediakan informasi, ilmu, data, ebook, terkait obligasi. Yang penting bukan dari website abal-abal apalagi website penyaji hoaks

Dengan banyak belajar atau mau tahu, maka kita akan terhindar dari hoaks. Meskipun informasi hoaks tersebut sepertinya meyakinkan, akurat karena berasal dari profesor, doktor, dokter, master, sarjana, dosen, ustads, ulama, imam dan sebagainya yang mengesankan ahli atau tahu banyak hal. Padahal belum tentu demikian dan sangat mungkin hoaks, apalagi jika konteksnya dikaitkan dengan situasi politik.

Intelektual yang jahat tidak akan segan untuk membuat hoaks dan sekaligus menyebarkan hoaks dengan memelintir ilmu hingga menggunakan data sesuai kepentingannya sendiri. Bisa jadi karena mereka tahu, bahwa banyak masyarakat yang tidak paham, tidak tahu, awam.

Apalagi jika ada kelompok masyarakat yang membenci sedemikian rupa sehingga kehilangan akal sehat. Orang-orang ini seperti ini adalah sasaran empuk untuk menyebarkan hoaks dan memasifkan kebencian.

Mari sama-sama melawan hoaks untuk kedamaian NKRI. Salam!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun