Mohon tunggu...
Amiroh Untsal Asad
Amiroh Untsal Asad Mohon Tunggu... Freelancer - Bebaskan dan abadikan pemikiranmu dalam tulisan!

Saya adalah mahasiswa psikologi Universitas Airlangga yang menjadikan Kompasiana sebagai platform untuk menuliskan pemikiran saya seputar politik, sosial, dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siswa Stress dengan Banyaknya Tugas di Tengah Pandemi Covid-19

8 April 2020   13:51 Diperbarui: 20 April 2020   14:25 3342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Virus Covid-19 atau Corona semakin menyebarluas di Indonesia. Oleh karenanya, pemerintah menerapkan berbagai kebijakan mulai physical distancing hingga PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar untuk menghambat penyebaran virus ini. Dengan adanya berbagai kebijakan yang mendorong masyarakat untuk #dirumahaja ini, Bapak Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim juga meliburkan sekolah dengan memberikan himbauan belajar di rumah seefektif mungkin.

Menanggapi hal tersebut, Bapak Menteri Pendidikan juga mengatakan mendukung kebijakan pemerintah daerah (pemda) yang liburkan sekolah karena khawatir dengan penyebaran virus corona jenis baru atau Covid-19

"Dampak penyebaran Covid-19 akan berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Kami siap mendukung kebijakan (liburkan sekolah) yang diambil pemda”. Begitu tanggapan dari pak Menteri.

Dengan kebijakan meliburkan sekolah tesebut, Nadiem juga menghimbau para guru untuk tidak hanya memberikan tugas tapi juga berinteraksi dengan siswa selama kegiatan belajar di rumah.

"Kami juga ingin menekankan bahwa walaupun banyak sekolah sekarang melakukan belajar dari rumah, bukan berarti gurunya hanya memberikan pekerjaan saja kepada murid, tapi juga ikut berinteraksi dan berkomunikasi membantu muridnya dalam mengerjakan tugas" kata Nadiem usai rapat via teleconference dengan Presiden Jokowi dan menteri terkait di Jakarta, Selasa (24/3/2020).

Namun, ternyata dalam pelaksanaannya, para guru justru banyak yang mengembankan tugas untuk menjadi pengganti pembelajaran di sekolah. Bahkan, para guru banyak yang tidak senggan memberikan tugas berat dengan deadline yang cukup menyiksa, belum lagi jika tugas itu berbarengan dengan pemberian tugas oleh guru mata pelajaran lain. Selain itu, banyak guru yang memberikan tugas di luar jam pembelajaran biasanya sehingga semakin membingungkan siswa.

Dalam hal ini, pembelajaran menjadi tidak efektif dan membuat siswa stress. Guru-guru menjadi tidak berkiblat pada himbauan Bapak Menteri dengan dalih mencapai kompetensi kurikulum. Padahal dalam sudut pandang siswa, siswa yang hanya diandalkan belajar di rumah tidak memiliki pemahaman secara komprehensif dan terkesan tidak paham. Apalagi bagi siswa yang memang kurang cakap dalam sisi akademik, hal ini justru sangat memberatkan dan berujung pada dampak negative.

Siswa-siswa yang kebanyakan tugas ini akan lebih sibuk menyelesaikan tugas dan tidak memiliki waktu luang untuk mengembangkan minta dan bakat dirinya. Padahal yang dibutuhkan di masa depan adalah bagaimana anak Indonesia mampu mengeksplorasi dirinya sesuai dengan bidangnya. Karena jika sekolah libur, maka ekstrakulikuler sebagai wadah pengembangan minat dan bakat siswa juga diliburkan, sehingga secara langsung menimbulkan pertanyaan, bagaimana para siswa dapat berkembang dan maju?

Selain itu, pemberian tugas dan ulangan secara online juga berpotensi menyebabkan siswa menjadi curang dan tidak terlatih secara empirik. Hal ini juga secara tidak langsung menurunkan kualitas karakter generasi penerus.

Dalam segi kesehatan, pembelajaran online juga berpotensi menyebabkan mata sakit, gangguan mental akibat stress berkepanjangan, dan juga menurunkan kinerja otak.

Kemudian jika ditinjau dari segi sosial dan ekonomi, pembelajaran secara online juga bisa memberatkan siswa menengah ke bawah yang tidak mampu secara ekonomi, seperti mereka yang tidak memiliki gadget yang memadai, tidak lancarnya arus sinyal internet, apalagi bagi mereka yang tinggal di pedalaman, ketidakmampuan siswa membeli kuota internet, serta problematika lain yang menghambat siswa mendapatkan pengajaran yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun