Mohon tunggu...
Amira Shahab
Amira Shahab Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Mahasiswi

Program Studi Administrasi Keuangan dan Perbankan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bagaimana Harga Layanan Kesehatan dan Obat-obatan Memengaruhi Kehidupan Warga Amerika Serikat

10 Desember 2019   15:40 Diperbarui: 10 Desember 2019   15:49 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pelayanan kesehatan dan obat-obatan menjadi salah satu kebutuhan primer manusia. Kalau kita sakit, maka kita berhak untuk mendpaatkan pelayanan kesehatan . Sudah banyak pelayanan kesehatan yang disediakan oleh negara-negara. Contoh; Indonesia mempunyai BPJS, Canada mempunyai medicare, UK mempunyai NHS (National Healthcare Service), dan sebagainya. Sistem-sistem tersebut membantu pelayanan kesehatan menjadi lebih mudah di akses, dan didapatkan.

Tetapi, di Amerika Serikat, healthcare masih menjadi sebuah perdebatan public karena harganya yang jauh lebih mahal dibanding dengan Negara lain. Mereka juga tidak mempunyai program pelayanan kesehatan universal seperti Negara maju lainnya. Contohnya; harga rata-rata insulin di Amerika adalah $360, sementara di Inggris hanya $65 (menurut T1 International Insulin and Diabetes Supply Survey). Sementara harga produksi rata-rata insulin adalah $3.69 -- 6.16.

Hal ini terjadi karena Amerika tidak mempunyai regulasi-regulasi tertentu mengenai penaikkan harga obat-obatan dari pihak produsen.

Martin Shrkeli, seorang eksekutif biofarmasi, telah meningkatkan harga Daraprim dari USD$13.50 menjadi USD$750.00 dalam semalam. Bukan hanya itu, Perusahaan Mylan telah meningkatan harga Albuterol (obat Asthma) dari $11 menjadi $434. Mereka juga meningkatkan harga doxycycline hyclate (obat untuk menyembuhkan infeksi) dari 27$ ke 1849$ (Sumber: House.gov)

Harga obat yang tinggi sangat membahayakan pasien, Biaya medis dan pengeluaran pribadi pasien dapat menyebabkan meingkatnya tingkat bangkrut, dan 10-25% pasien menunda, matau bahkan meninggalkan perawatan karena harga obat-obatan yang menyebabkan kendala keuangan.

Sebagai contoh, pada leukemia myeloid kronis, tingkat kelangsungan hidup 8-10 tahun adalah 80 persen di Eropa (Eropa mempunyai pelayanan kesehatan universal); di Amerika Serikat, dimana kondisi keuangan dapat membatasi akses dalam menjangkau obat-obatan, kelangsungan hidup 5 tahun adalah 60 persen. Dalam survei. (Sumber: USNews.com)

Fluktuasi harga ini mempengaruhi warga Amerika Serikat. "1 dari 5 warga amerika telah dilaporkan bahwa mereka tidak menarik obat resep, mengurangi dosis yang telah ditentukan, atau bahkan melewati pemakaian obat, karena kekhawatiran kemampuan membeli medikasi tersebut. Dan 1 dari 8 warga amerika pada tahun ini telah dilaporkan mengurangi pengeluaran pangan untuk membeli obat-obatan." --Professor of Health Research and Policy of Stanford University.

Berikut ini adalah data yang telah saya kumpulkan.

Subjek: Warga Amerika Serikat (Mayoritas Gen Z dan Millenial) melalui Direct Message Instagram dan Twitter, saya bertanya kepada mereka mengenai pengaruh naiknya harga obat-obatan kepada kehidupan mereka maupun keluarganya.

Pertanyaan: "Have you ever postponed, or skipped getting health care/medicines that you need due to the high cost?"

"Apakah anda pernah menunda, atau melewatkan mendapatkan layanan kesehatan/obat-obatan yang anda butuh, karena biaya yang mahal?"

Berikut adalah jawaban mereka:

"My brother died rationing inhalers on a $12/hr income after graduating salutatorian with a degree in animation. He was 32."

"Saudara saya telah meninggal karena memotong dosis inhalernya. Dia berpenghasilan $12/jam, setelah lulus dengan gelar salutatorian. Dia berumur 32."

 -Steve Aquino, via Direct Message Twitter.

"My brother died of lung cancer at age 29 because he didn't have health insurance, and it was stage 4 by the time they found it when he couldn't get out of bed one day. He lived for 7 months after that."

"Saudara saya meninggal karena kanker paru-paru di umur 29 karena dia tidak punya asuransi kesehatan, dan penyakitnya telah mencapai stadium 4, saat itu mereka tahu karena kakak saya tidak dapat bangun dari tempat tidurnya. Dia hanya bertahan selama 7 bulan setelah itu."

-Heather Heveling, via Direct Message Instagram

"When I broke my hand, I waited all night to go to urgent care so I wouldn't have to pay to go to the ER. Then I waited for a week to see a specialist, all that hassle just to avoid high costs."

"Saat tangan saya patah, saya menunggu semalaman untuk mendapatkan klinik perawatan mendesak, agar saya tidak usah mendatangi emergency room. Lalu saya menunggu selama satu minggu untuk menemui spesialis, semua kerepotan itu hanya untuk menghindari biaya yang mahal."

-Sarah McCarthy, via DM Instagram

"At 16 I walked to the hospital after getting into a car accident because I knew the cost of an ambulance was too expensive. I ended up getting oral surgery, so it wasn't just scrapes and bruises."

"Pada umur 16, saya berjalan kaki ke rumah sakit setelah terlibat dalam kecelakaan mobil, karena saya tahu biaya memanggil ambulans itu terlalu mahal. Akhirnya saya harus menjalani operasi oral, jadi dari kecelakaan itu saya tidak dapat cuma lecet-lecet dan memar."

-Lysette Nicole, via Direct Message Instagram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun