Mohon tunggu...
Amir Al Maruzy
Amir Al Maruzy Mohon Tunggu... Freelancer - blogger

Belajar Adalah Kunci Sukses.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bisakah Penulis Pemula Menerbitkan Karyanya????

18 Agustus 2010   15:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:55 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_238517" align="alignnone" width="500" caption="Gambar Buku (Dokumen Pribadi)"][/caption] Sahabat-sahabat Kompasianer, saya sempat gembira waktu itu karna impian saya akan segera terwujud. Soalnya sudah ada penerbit yang ingin menerbitkan tulisanku menjadi sebuah buku. Saya sudah kabarkan kepada semua sanak keluargaku terutama Ibu dan Ayahku, bahwa saya impian saya akan segera tercapai. Waktu itu pimpinan penerbit yang ada dikotaku mengundang saya ke kantornya untuk membicarakan tentang penerbitan bukuku. Sebelumnya sudah berhubungan via e-mail dan hp. Dan sudah ada lampu hijau. Kami pun berbincang-bincang dikantor penerbit tersebut, ketika memasuki kantornya kulihat deretan buku hasil terbitan dari penerbit tersebut. Hati saya jadi gembira sekali, dan segera beangan-angan bukuku akan segera menghiasi lemari buku penerbit tersebut. Setelah berbincang –bincang santai dengan pimpinan penerbit tersebut, kemudian beliau kemudian mengajukan syarat kepada saya agar buku saya dapat diterbitkan. Yakni membeli sekitar 200 buah buku dari total 600 yang rencana mau diterbitkan. Takkala mendengar tersebut hati saya langsung down, saya berpikir dari mana saya dapatkan uang untuk membeli buku saya sendiri sebanyak 200 (rencana harga buku saya per-buah Rp. 27.000). saya kemudian tidak berani secara langsung menolak kepada penerbit saat itu, karena saya masih sempat berpikir, ini mungkin ujian agar buku saya dapat terbit. Sampai sekarang (kejadian itu sekitar 2 bulan yang lalu) saya belum resmi menarik naskah saya tersebut dari penerbit, karena mungkin sewaktu-waktu dapat keajaiban atau jalan untuk dapat membeli buku saya tersebut sebanyak 200 buah sebagai syarat agar penerbit tersebut mau menerbitkan buku saya tersebut. Karena jujur saya masih tetap bermimpi agar tulisan saya tersebut dapat dibukukan. Sekedar diketahui oleh kawan-kawan Kompasianer,s sekalian sekedar informasi, inilah resensi dari tulisan saya:……………”Kristenisasi – Suatu usaha pengkabaran Injil (agama Kristen) kepada masyarakat selain Kristen, dilakukan oleh seseorang yang biasa disebut Zending atau pengkabar Injil. Usaha kristenisasi di Bumi Celebes sudah lama dilakukan dan terbukti usaha ini berhasil dibeberapa wilayah, diantaranya sebagian besar Propinsi Sulawesi Utara, Poso, dan Kabupaten Toraja(saat ini Toraja sudah terbagi dua yakni Toraja dan Toraja Utara). Jika dilihat dari Konteks kristenisasi yang terjadi di Nusantara secara umum, maka kristenisasi itu banyak berhasil dilaksanakan terutama pada daerah-daerah pedalaman yang belum tersentuh pengaruh dari Islam. Sebaliknya wilayah-wilayah pesisir yang sudah sejak lama bersentuhan dengan para pedagang Mancanegara termasuk pedagang dari Arab, Mesir dan Gujarat sulit dilaksanakan kristenisasi dikarenakan sejak dulu Islam sudah mengakar didaerah tersebut. Tulisan ini berasal dari sebuah studi yang mengkaji Kristenisasi di Parigi kabupaten Gowa 1960-2006, dengan fokus utama yakni pada proses kristenisasi di Parigi dirintis pada tahun 1935 dibawa oleh penginjil Van den Brink, Tuan Bade dan Tuan Rundu, namun sempat mandeg semasa perang dunia II. Setelah perang usai pada tahun 1960-an diusahakan kembali kristenisasi. Dan hasilnya pada tahun 1961 menunjukkan keberhasilan ditandai dengan masuknya Daeng Rodo menjadi pengikut Kristen sekaligus diangkat menjadi penginjil dan berdirinya Jemaat Kristen Sicini di Parigi, tahun 1967 merupakan puncak perkembangan Kristen di Parigi karena pada tahun ini penganut Kristen berjumlah 302 orang. Surutnya kristenisasi ditandai dengan keluarnya Daeng Rodo dan pengikutnya dari Kristen dan kembali ke Islam pada tahun 1976. Adapun strategi kristenisasi yakni lewat jalur pendidikan, kesehatan, perkawinan serta pemberian bantuan bahan pokok, yang terakhir merupakan strategi yang utama. Reaksi masyarakat terhadap kristenisasi yakni pembakaran Gereja selama dua kali yakni tahun 1961 dan 2000, yang membakar adalah Gerakan DI/TII ( Paromang ) dan Mahasiswa, pembakaran SD Kristen pada tahun 1989 serta pengganyangan rumah Pendeta Daud Kovia oleh pemuda setempat pada tahun 1991 karena pendeta ini menjadikan Selembar Sujadah sebagai keset di gedung Gereja. Adapun penyebab surutnya Kristenisasi di Parigi berkat usaha Tokoh Masyarakat, Ormas Muhammadiyah serta tokoh pemuda dan Mahasiswa. Namun saat ini masih ada sekitar 30 jiwa penganut Kristen di Parigi. Tulisan ini diberi judul Pergulatan Islam-Kristen: Potret Sejarah keagamaan di Parigi Gowa diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dan pemahaman terhadap kehidupan masyarakat di Sulawesi Selatan Khususnya dan Indonesia pada umumnya. baik pemahaman mereka akan kehidupan religius yang bersifat tradisional (animisme) sampai ke tahap monoteisme. Dan dalam kehidupan religius ini terbagi-bagi lagi kedalam beberapa blok, diantaranya Blok Islam yang berprinsip kepada ketauhidan (keesaan mutlak Tuhan) serta Blok Kristen yang berprinsip Trinitas (Tuhan Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus). Dan interaksi antar kedua agama ini kadang di selingi oleh konflik kepentingan diantara mereka, dan konflik ini berakhir dengan kerugian masyarakat secara umum. Tapi tidakkah kita sadar bahwa dibalik perbedaan itu ada makna kebersamaan yang harus dijunjung tinggi yang pada akhirnya membawa kita semua kearah kedamaian abadi yang diistilahkan dalam Islam rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam) dan dalam Kristen dikenal dengan istilah kasih. Tulisan ini merupakan bahan masukan yang penting bagi publik_baik pemerintah, non-pemerintah maupun masyarakat luas_berkaitan dengan pemahaman yang sebenarnya apa yang terjadi dilapangan tentang dinamika kristenisasi di Parigi kabupaten Gowa, agar tidak gampang menarik kesimpulan yang kurang aktual, dan hanya didasarkan oleh sentimen sepihak semata“...........demikianlah resensi dari tulisan saya. Namun sekarang saya tidak begitu gundah lagi, karena kemarin (17 Agustus 2010/bertepatan dengan hut proklamasi RI) saya menjadi angota Kompasiana, dan disinilah saya tahu bahwa anggota kompasiana bisa memposting tulisan-tulisannya dan dapat dibaca oleh begitu banyak anggota kompasianer lainnya dari berbagai latar belakang profesi, dan jenjang pendidikan. Disini saya mencoba untuk memposting tulisan tulisan sederhana saya. Terima kasih Pengelola Kompasiana..... Salam Kompasiaer’s.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun