Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sound of Borobudur, Sound of Knowledge

11 Mei 2021   11:41 Diperbarui: 11 Mei 2021   14:47 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Candi BorobudurCandi Borobudur (Photo by Charl Durand from Pexels)

Tentu saja tujuan pengarsipan koleksi pengetahuan berkorelasi langsung dengan tujuan transfer dari individu ke individu, kelompok ke kelompok.

Transfer dan pengarsipan apa yang ada di Borobudur?

Artikel M Dwi Cahyono dalam laman yang sama memberikan gambaran isi dan konteks dari relief-relief yang ada di Borobudur yang terkait musik, konten relief yang ada dapat menggambarkan peran Borobudur sebagai perpustakaan maupun sebagai suatu bentang spasial kegiatan bermusik pada masanya sehingga dapat dikatakan bahwa Borobudur Pusat Musik Dunia. Data dan informasi musik pada 200 relief dengan tema musik pada 40 panil merupakan aset pengetahuan yang luar biasa.

Relief-relief di Borobudur memberikan "data" berupa gambaran alat musik pada masa itu yang lalu diperkuat dengan kontek pemain dan gambaran suasananya menghasilkan "informasi" aktifitas bermusik pada masa itu. Bukankah kedua hal tersebut, data dan informasi merupakan salah satu landasan pengetahuan?

Proses pewarisan yang dipilih Borobudur adalah mengarsipkan pengetahuan pada masa itu dalam media visual yaitu relief. Pilihan bentuk relief merupakan salah satu penerapan manajemen data yang cerdas karena gambar, diwakili oleh relief, menyimpan data dan informasi yang lebih kaya dibanding menggunakan teks. Konten dan konteks langsung tersaji dalam satu keping gambar (relief).

Bukankah gambar (relief) merupakan media 2 dimensi? 

Bagaimana memahami kontek situasi yang merupakan dunia 3 dimensi? 

Jawaban pertanyaan ini sebenarnya secara implisit tergambar juga dalam struktur Borobudur secara keseluruhan. Bahwa setiap fragmen atau keping relief harus dibaca dan diterjemahkan dalam konteks kultur politik dan religi pada masa Borobudur dibangun tergambar dari pembagian tingkatan dan pengaturan struktur dan ruang di Candi Borobudur sendiri. Transformasi dari data menjadi informasi kemudian berkembanglah pengetahuan pada akhirnya menjadi tumbuhnya pemahaman merupakan tahapan yang hanya bisa sempurna dilalui oleh manusia. Data dan informasi semata dapat disajikan oleh benda mati, namun tidak dengan pengetahuan dan pemahaman karena itu merupakan domain manusia.

Menggabungkan tampilan dua dimensi setiap keping relief dengan dimensi ketiga yaitu struktur masif candi, maka klaim Borobudur sebagai mega-perpustakaan menemukan jawabannya dan simpulan eksistensi manusia yang berbeda dengan benda mati dapat difahami.

Candi Borobudur memberi contoh bagaimana aset intelektual di komunitas dikelola.

Relief Borobudur melewati proses sadar dalam pemilihan obyek yang akan ditampilkan, menyaring alat musik apa yang akan diceritakan lalu menyimpan data tersebut dalam bentuk pahatan. Bagaimana relief-relief yang ada diatur dalam fragmen menunjukkan bagaimana Borobudur mengorganisir koleksi pengetahuan masa itu. Rangkaian fragmen dan tingkatan candi akhirnya menjadi paket-paket pengetahuan yang dapat dikomunikasikan bahkan melintasi generasi dan jaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun