Berkaca dari pengalaman ini, tidak ada salahnya kalau sebelum mendirikan mini market di masjid tersebut, pengalaman ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memformat unit bisnis yang akan kita buka dimasjid-masjid tersebut.
Â
Jangan Emosi!
Â
Persaingan dalam dunia bisnis itu biasa, namun yang menjadi permasalahan itu, jika persaingan di dorong oleh "rasa emosi". Saya mencermati, ada kesan bahwa ritel mdern milik anak negeri ini selaku pendatang baru pada saat itu  di dorong oleh "rasa emosi".  Salah satu misi dari hadirnya ritel modern baru milik anak negeri ini tersebut dengan maksud  mengimbangi ritel modern besar yang sudah ada.Â
Memang ritel modern milik anak negeri ini tersebut diformat degan konsep bagi hasil kepada para penanam saham sesama anak negeri ini, yang akan mendukung keinginan kita untuk memberdayakan pelaku bisnis lokal, sehingga keberadaanya diharapkan lebh cepat maju dan berkembang. Namun, karena kentalnya dorongan rasa emosi, sehingga ritel modern yang satu ini tidak bisa bertahan lama.
Â
Bila kita simak, mengapa demikian, setidaknya ada dua penyebab dominan yang melatarinya. Pertama, karena ritel modern yang satu ini tidak bisa bersaing, baik dari sisi harga maupun service dan kelengkapan produk-nya. Kedua, karena ritel modern yang satu ini juga masih tergantung dengan "distributor group ritel modern kuat" yang sudah besar/mapan/eksis tersebut, terutama dalam hal penyediaan/pembelian produk yang akan dijualnya kembali tersebut.
Dengan demikian, jelas dari sisi harga,  ritel modern yang satu ini  tidak bisa bersaing dengan ritel modern yang sudah besar/mapan/eksis tersebut, karena harga produk (untuk dijual kembali)  yang dibeli oleh ritel yang satu ini ke grosir (gosir yang merupakan group ritel yang sudah besar/mapan/eksis) tersebut akan lebih tinggi dari pada harga beli produk (untuk dijual kembali)  yang dibeli oleh  ritel modern yang sudah besar/mapan/eksis  pada grosir yang pemilkiknya  adalah  group ritel modern yang sudah besar/mapan/eksis  itu sendiri.
Dengan demikian, jelas harga jual barang-barang  pada ritel modern milik anak negeri ini  tersebut akan  kalah bersaing dengan harga jual barang-barang pada ritel modern yang sudah besar/mapan/eksis tersebut, yang membuat konsumen enggan untuk berbelanja pada-nya, wajar kalau ritel modern milik anak negeri ini tersebut tidak bisa bertahan lama.
Terlepas dari adanya harapan agar konsumen lebih mempertimbangkan aspek "tertentu", sehingga mereka akan menyerbu gerai ritel modern  milik anak negeri ini tersebut, yang jelas pasar tidak bisa di dekte,  konsumen tetap saja mengedepankan pertimbangan harga,  yang lebih murah lah yang mereka "serbu".
Belum lagi, adanya  informasi bahwa masalah komitmen rekan-rekan yang menanam saham  pada ritel modern miiik anak negeri ini, berdasarkan informasi dilapangan, terkadang mereka saja tidak membeli produk pada ritel modern itu, mereka justru membeli pada unit ritel modern yang sudah tergolong besar/mapan/eksis tersebut, wajar kalau mereka dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat.