Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan.Bisnis Universitas Muhamadiyah Palembang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Antrian Bahan Bakar Minyak Ciptakan Opportunity Cost

14 September 2022   16:46 Diperbarui: 14 September 2022   16:50 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) beberapa waktu lalu masih menyisahkan beberapa masalah. Antara lain, mahasiswa dan kelompok masyarakat terus melakukan aksi demo menuntut agar BBM diturunkan dan masih terjadinya antri kendaraan roda dua dan empat di Stasiun Pengeisian Bahan Bakar Minyak Umum (SPBU).

 Antrian di SPBU -- SPBU tersebut sudah menjadi pemandangan setiap hari yang bisa kita saksikan sendiri. Bahkan tidak hanya itu, antrian kendaraan di SPBU -- SPBU yang sudah menyita badan jalan tersebut menyebabkan kemacetan lalu lintas di sekitar SPBU -- SPBU yang ada.

Antrian kendaraan juga terjadi pada SPBU -- SPBU yang tidak menjual BBM yang disalurkan oleh Pertamina. Akibat  pemerintah resmi menaikkan harga BBM jenis pertaliite beberapa waktu lalu, masyarakat di Jakarta  mulai berbondong-bondong membeli atau beralih  ke Revvo 89, tak ayal lagi anterean panjang terjadi di SPBU  Vivo di Jakarta. 

Hal ini dikarenakan harga Revvo 89 lebih murah dari BBM jenis pertalite setelah dinaikkan beberapa hari yang lalu. BBM jenis pertalite dibandrol dengan harga Rp. 10.000,- per liter sementara Revvo 89  yang merupakan produk Vivo hanya Rp. 8.900,- per liter, ada selisi atau lebih murah  Rp. 1.100,- per liter. (Sindonews, 03 September 2022)

Kondisi ini pun ternyata kembali menciptakan dan atau memaksa kendaraan yang akan mengisi BBM tersebut harus antri, sehingga terjadi lagi antrian baru. Kalau sebelumnya antrian terjadi disekitar kawasan SPBU-SPBU yang menyalurkan BBM dari Pertamina, kini antrian pun terjadi pada  SPBU vivo di Jakarta.

Masih Seperti Semula!

DIperkirakan setelah adanya kenaikan BBM jenis Pertalite dan Solar tersebut antrian kendaraan di SPBU-SPBU sudah tidak terjadi lagi. Eh, ternyata antrian kendaraan pun masih terjadi. 

Menurut pantauan saya, walaupun sudah resmi terjadi kenaikan harga BBM jenis Pertalite dan Solar, namun antrian panjang kendaraan yang terjadi di SPBU-SPBU masih saja terjadi. Pemandangan deretan kendaraan jenis motor dan mini mobil  serta truk masih saja memadati pinggir jalan sekitar SPBU-SPBU yang ada.

Pemandangan antrian kendaraan seperti itu selama ini tidak pernah terjadi, begitu ada informasi akan terjadi kenaikan harga BBM jenis Pertalite dan Solar atau BBM bersubsidi tersebut dan begitu dirasakan sulitnya memperoleh atau membeli BBM jenis Pertalite dan Solar (terutama Solar), maka pemandangan antrian kendaraan tersebut mulai terjadi.

Pemilik kendaraan yang antrian tersebut bukan hanya menghabiskan waktu berjam-jam saja, tetapi ada pengorbanan sosial dan biaya  yang harus mereka tanggung. 

Dari sisi sosial, timbul emosi dan dari sisi ekonomi timbul biaya yang harus ditanggung (opportunity cost). Bayangkan saja, jika akibat antrian untuk memperoleh/membeli BBM tersebut mereka kehilangan waktu rata-rata satu (1) jam, dan bila dikonfersi dengan nilai uang, betapa besarnya mereka kehilangan kesempatan untuk memperoleh sejumlah uang apabila memanfaatkan kesempatan tersebut.

Opportunity cost atau  biaya yang harus ditanggung saat mengambil keputusan merelakan satu kesempatan untuk mendapatkan kesempatan lain tersebut jumlahnya tidak kecil bila dilakukan perhitungan. Secara sederhana saja, apabila satu kendaraan antri menghabiskan waktu satu (1) jam baru dapat mengisi/membeli BBM tersebut, maka secara sederhana dapat kita kalkulasikan sendiri.

Katakanlah dalam satu (1) jam antri tersebut kendaraan menghabiskan BBM Pertalite satu (1) liter, berarti satu kendaraan menghabiskan biaya akibat antri sebesar Rp. 10.000,-. Jika kendaraan antri pada satu (1) SPBU sebanyak 1000 kendaraan per hari, maka mereka yang antri tersebut akan mengeluarkan biaya per hari sebesar Rp. 10.000.000,-. (Sepuluh Juta Rupiah). Hitung saja berapa SPBU yang ada di negeri ini, maka akan timbul biaya antri secara ekonomi yang sangat besar, miliaran bahkan triliunan rupiah, bukan?

Belum lagi bila kita menghitung sisi atau dampak sosial yang dikonversi kedalam hitungan nilai ekonomi, maka akan semakin besar lagi nilai kerugian masyarakat/konsumen yang telah melakukan antri untuk memperoleh/membeli BBM tersebut.

Fenomena ini memilukan jika berlangsung lama, untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah bijak menyikapinya. Negeri yang kaya akan sumberdata alam (SDA) ini, idealnya fenomena ini tidak perlu terjadi, tidak perlu berlarut-larut. SDA yang kita miliki ini, harus memberi kemanfaatan bagi anak negeri ini. SDA yang melimpah tersebut, harus dapat mensejahterakan anak negeri ini.

Stop Antri Kendaraan.

Pemandangan antrian kendaraan di SPBU-SPBU yang ada di negeri ini secepatnya harus dihentikan dengan beberapa langkah berikut ini;  Pertama, Jika masih bisa diusahakan kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut untuk di batalkan, mengapa tidak. 

Kedua, jika Negara ini masih memiliki sumber pendapatan lain yang relatif besar untuk menutupi defisit anggaran (APBN), pencabutan atau pengurangan subsidi mungkin dapat dibatalkan alias dikembalikan ke nilai subsidi semula. 

Ketiga, Jika stock BBM jenis Pertalite dan Solar bisa diperbanyak alias ditingkatkan, mengapa tidak menambah stock BBM jenis Pertalite dan Solar tersebut. Keempat, jika rencana cara pembelian BBM dengan menggunakan aplikasi atau menggunakan teknologi komunikasi (IT) yang masih dianggap sebagian masyarakat merepotkan alias rumit, mengapa tidak ditunda dan dikembalikan dengan cara membeli seperti biasa atau secara konvensional.

Untuk mengaakhiri tulisan sederhana ini, mari kita merenung, bukankah anak negeri ini merupakan bagian integral pembangunana dan keberhasilan negeri ini selama ini. Untuk itu, sudah saatnya kita sedikit bertenggang rasa merasakan apa yang dirasakan anak negeri ini dalam menghadapi fenomena kenaikan BBM tersebut. Selamat Berjuang!!!!!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun