Mohon tunggu...
Amel Widya
Amel Widya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PPNASN

Perempuan Berdarah Sunda Bermata Sendu. IG: @amelwidya_ Label Kompasiana: #berandaberahi

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Salurkan Aspirasi atau Selamatkan Diri

24 Juni 2020   20:23 Diperbarui: 26 Juni 2020   11:22 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi melakukan penyampaian aspirasi. (sumber: KOMPAS/DIDIE SW)

Siang tadi, Rabu (24/6), ratusan orang berunjuk rasa di depan Gedung MPR/DPR RI. Aliansi Nasional Anti-Komunis (ANAK) NKRI. Begitu nama kumpulan yang diusung oleh pengunjuk rasa. Aliansi dari gabungan beberapa ormas Islam dan Persaudaraan Alumni 212.

Di tengah pandemi korona yang belum ketahuan kapan akan berakhir, pendemo berkerumun di depan gedung tempat para wakil rakyat berkantor. Tentu saja ada perkara besar yang memaksa mereka keluar rumah, berkerumun di satu tempat, dan mengabaikan anjuran menjaga jarak aman.

Perkara besar itu adalah aspirasi mereka menolak RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP). Oleh karena Indonesia adalah negara yang demokratis, ANAK NKRI jelas berhak untuk berkumpul dan berserikat untuk menyuarakan pendapat. Datang ke gedung DPR juga pilihan jitu karena di sanalah wakil rakyat berkumpul dan bersidang atas nama rakyat.

Mengapa ANAK NKRI menolak RUU HIP? Mereka khawatir PKI bangkit dan paham komunisme merajalela. Dalilnya, menurut ANAK NKRI, Tap MPRS No. 25 Tahun 1966 tentang Pembubaran PKI tidak dicantumkan dalam draf RUU HIP. 

Selain itu, mereka juga menolak tindak "memeras" Pancasila menjadi Trisila atau Ekasila.

Setidaknya itulah dalil yang, dalam hemat saya, menjadi kokang pemicu demonstrasi. Lagi pula, kenapa ada pihak di dalam DPR RI yang mengusulkan RUU HIP di tengah pandemi.

Itu sama saja seperti menyiram api dengan bensin. Seharusnya sibuk memikirkan keselamatan rakyat, malah kongkalikong menyusun draf RUU yang memantik kemarahan rakyat.

Meski begitu, tidak semua rakyat setuju pada aksi unjuk rasa tersebut. Bagi siapa saja yang tidak setuju, tidak usah belingsatan. Andai kata ada aspirasi lain dari ANAK NKRI, baik terang-terangan maupun tersembunyi, sekali lagi itu hak mereka. Pihak lain yang tidak setuju atau berbeda pendapat tidak perlu nyinyir, ngegas, atau marah-marah.

Di sisi lain, ANAK NKRI juga harus tahu ilmu tabah. Kalau ada pihak yang tidak setuju pada aksi unjuk rasa tersebut, itu sah-sah saja. Mereka juga berhak memilih dan menyatakan pendapat. Para pendemo, ANAK NKRI, mesti memaklumi persoalan beda pendapat. 

Yang keliru adalah jika olok-olok dan caci maki bertaburan dan bertebaran tak henti-henti.

Saya yakin, pasti ada pihak yang tidak setuju atas aksi unjuk rasa tersebut. Entah karena isi tuntutannya, entah karena cara dan prosesnya. 

Bahkan boleh jadi ada yang gondok setengah mati, tetapi memilih berdiam diri sambil berdecak-decak. Betapa tidak, demonstrasi dilakukan di tengah-tengah pandemi korona.

Terkait cara dan proses menolak, di luar sana juga ada perorangan atau organisasi yang menolak RUU HIP. Namun, mereka memilih cara yang aman dalam mengalirkan penolakan. 

Mereka tidak turun ke jalan mungkin karena khawatir pada virus korona. Virus yang tidak kelihatan wujudnya dan tidak ketahuan di mana ia mengintai mangsanya.

Singkat kata, berkerumun hingga ratusan orang itu sangat membahayakan keselamatan diri sendiri. Bahkan berpotensi mengancam nyawa orang lain yang tidak ikut berdemo. Belum lagi masker yang menggantung di dagu alih-alih menutupi hidung dan mulut. Ditambah-tambah percik ludah atau air liur saat serempak berteriak.

Saya jelas-jelas menghindari makian seperti "nekat menyalurkan aspirasi tidak perlu segoblok itu". Saya memilih tidak bermisuh-misuh sekasar dan senyablak itu. Saya memilih berdoa, itu pun di dalam hati, semoga beberapa hari mendatang kita tidak mendengar kabar penderita korona dari klaster demo RUU HIP.

Menyalurkan aspirasi memang perlu, tetapi menyelamatkan diri juga penting. Siapa yang tahu besok-besok ada di antara pendemo yang sekereta, semobil, atau seruangan dengan orang lain yang tidak ikut-ikut berdemo. Jangan-jangan malah mereka membahayakan jiwa orang yang mereka sayangi.

Ah, sudahlah. Sehatlah Indonesia!

Amel Widya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun