Mohon tunggu...
AmeliaN
AmeliaN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Salah satu mahasiswi KIMIA UIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pertemuan Terakhir di Bulan Juli

18 Oktober 2022   11:25 Diperbarui: 18 Oktober 2022   11:44 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pada saat itu,di tanggal 29 Maret 2022. Aku dan dia sedang berkendara menaiki motor yang biasa kami gunakan untuk berpergian. Kami lupa bahwa tanggal itu adalah tanggal yang sakral,karena tanggal itu merupakan hari pengumuman SNMPTN. Kami asyik menikmati pagi hingga senja di hari itu,kami sengaja menitipkan Hp  kepada ibuku. Sampai pada akhirnya saat sampai di rumahku,aku dan dia terkejut melihat ekspresi ibuku seperti orang yang baru saja menangis. Lantas ia bertanya "Ibu kenapa? Seperti orang yang baru saja menangis.",ibuku hanya diam sambil melihat kami berdua. Lalu tiba-tiba ibuku berkata 

"Selamat,Allah mengizinkan kalian lolos perguruan tinggi lebih dulu dan tanpa tes apapun.",saat itu aku dan dia pun bingung apa maksudnya. Setelah kami cek hp kami masing-masing,kami akhirnya mengetahui bahwa kami lolos SNMPTN. Kami terharu,terkejut,senang,semua bercampur aduk menjadi satu. Banyak pesan WhatsApp masuk yang berisikan ucapan selamat kepada kami. Tetapi ada hal yang membuat kami sedih di tengah-tengah kebahagiaan tersebut. Kami teringat akan pilihan universitas masing-masing yang memiliki jarak yang berjauhan. Saat itu kami mencoba menutup rasa sedih itu terlebih dahulu dan dia pamit ke ibuku untuk pulang.

Keesokan harinya,dia datang ke rumahku kembali. Dia izin kepada ibuku untuk membawaku pergi jalan-jalan. Diperjalanan,kami hanya diam tidak ada yang berani berbicara diantara kami sedikitpun. Sampai akhirnya dia memulai topik pembicaraan dengan bertanya,"ini gimana?" karena aku bingung,aku pun bertanya,"apanya yang gimana?". Dia pun menjawab pertanyaanku dengan mata yang berkaca-kaca,dia berkata,"aku tidak mau kita berjauhan nantinya,siapa yang nanti menjaga kamu? Siapa yang nanti bisa mengantar dan menjemput kamu disaat kamu mau pergi kemana-mana?",aku hanya bisa menjawab,"sabar,ini sudah menjadi jalan kita. Kita harus mengedepankan masa depan terlebih dahulu.". Saat itu kami memutuskan untuk menikmati hari sampai akhirnya senja pun tiba,dan itu merupakan pertanda 1 hari kebersamaan kita sekalu lagi berakhir.

Banyak orang yang pada awalnya menilai kami buruk dengan mengatakan kami hanya bisa menjadi dua orang bucin yang entah bagaimana masa depannya,tidak memikirkan masa depan,bahkan sampai ada orang yang mengatakan kami tidak layak dan tidak mungkin bisa melanjutkan pendidikan kami ke jenjang selanjutnya. Sampai pada akhirnya semua ucapan itu bisa kami balas dengan pembuktian yang nyata,kami lolos perguruan tinggi,perguruan tinggi itu pun negeri,dan dari jalur masuk yang banyak orang mengharapkannya. Orang-orang itu pun hanya bisa terdiam melihat 1 langkah keberhasilan kami bisa kami gapai.
Tak terasa hari demi hari pun berlalu,bulan demi bulan pun berlalu. 

Kami yang disatukan oleh waktu untuk selalu bersama, akhirnya karena waktu pun kami harus berpisah. Satu Minggu sebelum keberangkatannya,kami sepakat untuk selalu bersama. Satu hari sebelum keberangkatan pun tiba,untuk pertama kalinya aku bertemu dengan keluarga besarnya di acara pengajian untuk mendoakan keselamatan dan kehidupannya yang jauh disana. Aku pun mempersiapkan sebagian barang yang sekiranya dia memerlukannya disana. Setelah pengajian itu,dia mengantarku pulang. 

Senja di hari itu sunyi,hening tidak berbunyi. Tidak ada percakapan antara kami disepanjang perjalanan. Saat sampai di rumahku,saat itulah semua kesedihan akan perpisahan pun tumpah. Setelah semua tumpahan emosi dan perasaan hati itu mulai mereda,dia pulang ke rumahnya. Saat aku berfikir semua kebersamaan telah selesai,di malam harinya dia datang kembali menemuiku untuk yang terakhir kalinya. Setelah semua perasaan kembali ditumpahkan,sekali lagi dia pulang ke rumahnya. Hingga pada akhirnya pertemuan itupun menjadi pertemuan kami yang terakhir pada bulan Juli,tepat pada tanggal 27 Juli dia pergi jauh untuk melanjutkan pendidikannya.Pertemuan Terakhir di Bulan Juli

Pada saat itu,di tanggal 29 Maret 2022. Aku dan dia sedang berkendara menaiki motor yang biasa kami gunakan untuk berpergian. Kami lupa bahwa tanggal itu adalah tanggal yang sakral,karena tanggal itu merupakan hari pengumuman SNMPTN. Kami asyik menikmati pagi hingga senja di hari itu,kami sengaja menitipkan Hp  kepada ibuku. 

Sampai pada akhirnya saat sampai di rumahku,aku dan dia terkejut melihat ekspresi ibuku seperti orang yang baru saja menangis. Lantas ia bertanya "Ibu kenapa? Seperti orang yang baru saja menangis.",ibuku hanya diam sambil melihat kami berdua. Lalu tiba-tiba ibuku berkata "Selamat,Allah mengizinkan kalian lolos perguruan tinggi lebih dulu dan tanpa tes apapun.",saat itu aku dan dia pun bingung apa maksudnya. Setelah kami cek hp kami masing-masing,kami akhirnya mengetahui bahwa kami lolos SNMPTN. Kami terharu,terkejut,senang,semua bercampur aduk menjadi satu. Banyak pesan WhatsApp masuk yang berisikan ucapan selamat kepada kami. Tetapi ada hal yang membuat kami sedih di tengah-tengah kebahagiaan tersebut. Kami teringat akan pilihan universitas masing-masing yang memiliki jarak yang berjauhan. Saat itu kami mencoba menutup rasa sedih itu terlebih dahulu dan dia pamit ke ibuku untuk pulang.

Keesokan harinya,dia datang ke rumahku kembali. Dia izin kepada ibuku untuk membawaku pergi jalan-jalan. Diperjalanan,kami hanya diam tidak ada yang berani berbicara diantara kami sedikitpun. Sampai akhirnya dia memulai topik pembicaraan dengan bertanya,"ini gimana?" karena aku bingung,aku pun bertanya,"apanya yang gimana?". Dia pun menjawab pertanyaanku dengan mata yang berkaca-kaca,dia berkata,"aku tidak mau kita berjauhan nantinya,siapa yang nanti menjaga kamu? Siapa yang nanti bisa mengantar dan menjemput kamu disaat kamu mau pergi kemana-mana?",aku hanya bisa menjawab,"sabar,ini sudah menjadi jalan kita. Kita harus mengedepankan masa depan terlebih dahulu.". Saat itu kami memutuskan untuk menikmati hari sampai akhirnya senja pun tiba,dan itu merupakan pertanda 1 hari kebersamaan kita sekalu lagi berakhir. 

Banyak orang yang pada awalnya menilai kami buruk dengan mengatakan kami hanya bisa menjadi dua orang bucin yang entah bagaimana masa depannya,tidak memikirkan masa depan,bahkan sampai ada orang yang mengatakan kami tidak layak dan tidak mungkin bisa melanjutkan pendidikan kami ke jenjang selanjutnya. Sampai pada akhirnya semua ucapan itu bisa kami balas dengan pembuktian yang nyata,kami lolos perguruan tinggi,perguruan tinggi itu pun negeri,dan dari jalur masuk yang banyak orang mengharapkannya. Orang-orang itu pun hanya bisa terdiam melihat 1 langkah keberhasilan kami bisa kami gapai. 

Tak terasa hari demi hari pun berlalu,bulan demi bulan pun berlalu. Kami yang disatukan oleh waktu untuk selalu bersama, akhirnya karena waktu pun kami harus berpisah. Satu Minggu sebelum keberangkatannya,kami sepakat untuk selalu bersama. Satu hari sebelum keberangkatan pun tiba,untuk pertama kalinya aku bertemu dengan keluarga besarnya di acara pengajian untuk mendoakan keselamatan dan kehidupannya yang jauh disana. Aku pun mempersiapkan sebagian barang yang sekiranya dia memerlukannya disana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun