Mohon tunggu...
amelia
amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil S1 Universitas Negeri Semarang

Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil S1 Universitas Negeri Semarang. Belajar membangun infrastruktur sekaligus koneksi antarmanusia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Seni Bertahan di Era 'Always On': Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Hiruk Pikuk Medsos

18 Juli 2025   12:45 Diperbarui: 18 Juli 2025   12:45 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di Era digital saat ini, rasanya sulit sekali melepaskan diri dari media sosial. Sejak mata terbuka sampai kembali terpejam, jari kita otomatis menjelajahi linimasa, tak peduli itu Instagram, TikTok, X (Twitter), atau Facebook. Era "always on" ini memang bikin kita selalu terhubung, tapi di sisi lain, ia juga bisa jadi medan perang bagi kesehatan mental kita.

Tekanan untuk selalu tampil sempurna, perbandingan diri dengan standar yang seringkali enggak realistis, sampai banjir informasi---baik yang benar maupun hoaks---bisa memicu kecemasan, stres, bahkan depresi. Kita terjebak dalam pusaran validasi digital, di mana jumlah likes dan komentar seolah jadi penentu harga diri. Lantas, gimana ya caranya kita bisa bertahan dan menjaga keseimbangan di tengah hiruk pikuk ini?

Kenali Pemicu, Tetapkan Batasan

Langkah pertama adalah mengenali apa yang bikin kita enggak nyaman. Coba perhatikan, apa sih yang bikin mood Anda turun saat scroll medsos? Apakah postingan tentang kesuksesan orang lain yang bikin iri, berita negatif yang berlebihan, atau justru notifikasi yang enggak ada habisnya? Setelah tahu pemicunya, barulah kita bisa menetapkan batasan diri.

  • Pilah Akun: Follow akun-akun yang benar-benar memberi nilai positif, inspirasi, atau informasi yang Anda butuhkan. Jangan ragu untuk unfollow atau mute akun yang justru memicu perasaan negatif. Ini seperti memilih teman di dunia nyata, pilih yang membawa kebaikan.
  • Atur Waktu Layar: Manfaatkan fitur di ponsel untuk mengatur batas waktu harian penggunaan media sosial. Patuhi batas itu dan rasakan perbedaannya. Awalnya mungkin berat, tapi lama-lama Anda akan terbiasa.
  • Zona Bebas Medsos: Tentukan area atau waktu khusus yang bebas dari media sosial. Misalnya, saat makan bareng keluarga, satu jam sebelum tidur, atau saat berolahraga. Ini bantu kita lebih hadir di momen nyata. Bahkan, mungkin bisa Anda terapkan saat menikmati senja di persawahan Brati, tanpa gangguan notifikasi.

Prioritaskan Kualitas, Lupakan Kuantitas Interaksi

Kita sering tergoda mengejar jumlah pengikut atau engagement yang tinggi. Padahal, yang lebih penting adalah kualitas interaksi Anda. Jangan sampai angka-angka di layar mendefinisikan nilai diri Anda.

  • Interaksi Bermakna: Ketika berinteraksi, lakukan dengan niat tulus. Beri komentar yang membangun, atau bagikan konten yang benar-benar Anda yakini bermanfaat.
  • Hindari Perbandingan: Ingatlah, apa yang terlihat di media sosial seringkali adalah "cuplikan terbaik" kehidupan seseorang, bukan seluruhnya. Semua orang punya perjuangannya masing-masing. Daripada membandingkan, lebih baik fokus pada perjalanan dan potensi diri Anda sendiri.
  • Validasi Diri Sendiri: Berhenti mencari validasi dari luar. Kebahagiaan dan harga diri sejati itu datangnya dari dalam diri. Rayakan pencapaian kecil, hargai usaha Anda, dan terima kekurangan sebagai bagian dari diri yang unik.

Manfaatkan Medsos untuk Hal Positif

Media sosial enggak melulu buruk, kok. Ia bisa jadi alat yang luar biasa kalau digunakan dengan bijak.

  • Belajar dan Berkembang: Ikuti akun-akun yang berbagi pengetahuan, skill, atau perspektif baru. Banyak kelas online gratis atau diskusi menarik yang bisa ditemukan di platform ini.
  • Jalin Komunitas: Gunakan media sosial untuk terhubung dengan komunitas yang punya minat sama. Ini bisa jadi sumber dukungan dan inspirasi, mungkin komunitas berkebun atau grup hobi lainnya.
  • Sebarkan Kebaikan: Manfaatkan platform Anda untuk menyebarkan informasi positif, mengampanyekan isu sosial penting, atau sekadar berbagi momen kebahagiaan yang otentik.

Seni bertahan di era "always on" ini bukan berarti harus menghilang total dari media sosial, tapi lebih pada bagaimana kita bisa mengendalikannya, bukan sebaliknya. Dengan kesadaran dan batasan yang tepat, kita bisa menjadikan media sosial sebagai alat yang memberdayakan, bukan yang menguras energi dan kesehatan mental kita.

Bagaimana menurut Anda? Adakah tips lain yang biasa Anda terapkan untuk menjaga kesehatan mental di tengah hiruk pikuk media sosial? Yuk, berbagi di kolom komentar!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun