Mohon tunggu...
Shita R.Rahutomo
Shita R.Rahutomo Mohon Tunggu... Administrasi - perempuan penyuka traveling, seni, masak dan kuliner juga hujan

Officer, menulis, gila baca, traveling, blogger, makan dan masak enak, ingin jadi ibu yang baik dan bermanfaat bagi sesama, pemimpi,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Praktik Merdeka Belajar yang Tepat dan Menyenangkan bagi Anak Usia Dini

31 Mei 2023   23:29 Diperbarui: 31 Mei 2023   23:39 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para siswa PAUD belajar bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan diri melalui eksplorasi alam. Dok. TKIT At Taufik Bogor

Kita semua tahu bahwa usia 4,5 dan 6 tahun masih dalam masa keemasan atau golden ages. Pada usia inilah anak harus dilatih dan dididik untuk mampu mandiri menyiapkan segala keperluan dasarnya sendiri. Pada usia ini juga anak dilatih untuk mengoptimalkan kemampuan motorik halus dan motorik kasarnya.  Di usia ini pula anak dibentuk kepribadiannya agar menjadi pribadi unggulan tidak hanya di bidang akademik namun juga pembentukan karakternya. 

Pendidikan usia dini harus mampu memenuhi seluruh kebutuhan belajar anak meliputi penanaman value kehidupan, terkait sisi moralitas, keimanan, dan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Anak perlu diajarkan dan juga mempraktekkan apa yang disebut perbuatan baik dan perbuatan buruk juga konsep benar dan salah dalam perilaku sehari-hari. Jadi dia memiliki kepekaan ketika melihat hal yang salah bisa menyaringnya dan ketika melihat perbuatan baik akan menirunya. 

Selain value perlu juga menanamkan self esteem pada diri anak, yang akan membangun rasa mencintai dan menghargai diri sendiri dan orang lain.  Siswa pendidikan usia dini (PAUD) juga harus ditanamkan rasa percaya diri melalui latihan mengekspresikan diri melalui kemampuan mengungkapkan perasaan, mengutarakan pendapat dan kemampuan bersosialisasi dengan keluarga, teman dan orang-orang di sekitarnya. Siswa PAUD juga perlu dilatih keberaniannya sehingga dia berani melawan jika menjadi korban perundungan. Rasa percaya diri itu ke depan akan sangat membantu anak untuk memiliki kemampuan berbicara di depan publik. Sering kita mendapati anak-anak pintar di sekitar kita tapi mereka tak berani mengungkapkan isi pikirannya dalam sebuah forum, padahal  dari public speaking itulah salah satu cara kita mengetahui kapabilitas seseorang, ketka ia mampu menyampaikan gagasan, opini, pengetahuannya kepada orang banyak secara lancar dan menarik serta mudah dipahami orang lain. Namun perlu diperhatikan, bahwa dalam proses pembelajaran ini anak harus menjalaninya dengan nyaman dan senang tanpa beban serta dibuat dalam bentuk permainan sehingga anak akan mengikutinya dengan riang. dan tanpa beban.

Dalam meningkatkan kemampuan motorik halusnya bisa dilatih melalui kegiatan meronce manik-manik, kolase biji-bijian, menggunting sesuai pola,  melipat kertas dan baju, mengancingkan baju, memakai kaus kaki dan sepatu sendiri,  mewarnai gambàr, mengiris sayur dan buah juga mengisi air ke dalam botol. Sedangkan pada latihan motorik kasar siswa PAUD bisa diajak berolah raga seperti lari, melompat, bergulung, menendang dan melempar bola, dan lain-lain. 

Untuk kegiatan sosialisasi dan mempersiapkan diri agar kelak tidak canggung saat berinteraksi dengan orang lain dalam jumlah kecil dan besar, siswa PAUD harus belajar tentang aturan main, kemampuan bekerjasama, berempati, dan toleransi. Anak perlu mengetahui bahwa semua orang unik dan menjadi orang yang berbeda bukanlah suatu kesalahan. Bahwa orang lain tidak sama dengan dirinya, dari situ ia akan belajar menghargai privacy orang lain, menghargai agama orang lain termasuk tata cara ibadahnya, tidak menghina dan menganggap dirinyalah yang paling benar. 

Kemampuan bekerjasama menjadi krusial karena mayoritas segala macam permainan beregu mmebutuhkan kekompakan dan kerjasama, juga membuat anak belajar  sportivitas, ingin berkompetisi dan berani menerima keadaan jika kalah dalam pertandingan. Karena kelak ketika mereka dewasa, pekerjaan apapun akan selesai jika semua pihak memberi kontribusi bagi tercapainya tujuan. Mayoritas pekerjaan, selalu membutuhkan orang lain sebagai partner kerja. 

Di PAUD kita bisa melakukannya melalui berbagai permainan kekompakan seperti mengisi air ke dalam pipa yang bocor, anak-anak akan berusaha mencari solusinya agar air bisa penuh dengan semua orang berkontribusi menutup kebocoran dan sang leaderlah yang mengisikan air ke dalam ember. 

Guru juga bisa mengajak anak-anak melakukan permainan roda berputar, dimana semua anak harus mendengarkan instruksi pimpinan dan bergerak bersama yang lain pada waktu yang ditentukan menuju satu tujuan dengan mengalahkan para kompetitor juga. 

Guru juga perlu membuat anak lebih bernyali , berani mencoba hal baru serta memiliki keinginan untuk berkesplorasi dan berpetialang mencoba hal-hal baru. Pembelajaran yang bisa diterapkan pada siswa PAUD di antaranya melakukan tubing di sungai, untuk kegiatan ini anak-anak perlu paham mengapa mereka  harus menggunakan pelàmpung dan harus diikat dengan benar, bergerak bersama teman-temannya, belajar mendengarkan dan mematuhi instruksi serta harus punya nyali, berani dan menikmati permainannya. Kegiatan meningkàtkan nyali lainnya dengan flying fox. Ia akan terpenuhi rasa ingin tahunya tentang rasanya jadi burung yang bisa melihat banyak hal dari ketinggiàn. Dengan flying fox mereka juga belajar bahwa kadang hidup nanti harus berani mengambil resiko namun resiko yang telah diperhitungkan karena sudah memakai alat yang aman dan berhenti di satu titik yang ditentukan.  Termasuk bahwa menjadi anak harus memiliki rasa ingin tahu (curiosity) yang tinggi, sehingga hidup menjadi lebih berwarna. 

Selain pengembangan karakter anak, perlu juga para guru meningkatkan kepedulian dan rasa cinta anak pada lingkungan. Di TKIT At Taufik Bogor, salah satu cara meningkatkan kepedulian lingkungan dijalankan para guru denhan mengajari cara membuat pupuk organik dengan memanfaatkan sampah rumah tangga. Siswa diajari memilah sampah menjadi 3 jenis yaitu sampah anorganik seperti plastik, sampah daur ulang seperti kertas, botol kaca, wadah-wadah sabun dan shampo, dan sampah organik yang berasal dari sisa makanan, kulit buah dan dedaunan dari taman rumah. Diharapkan siswa bisa mengajak ayah ibunya membuat pupuk organik bersama. Selain membantu mengurangi sampah yang harus dibawa petugas kebersihan juga bermanfaat menyuburkan tanah agar tanaman tumbuh dan berbuah dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun