Mohon tunggu...
Dede Amar Udi Ilma
Dede Amar Udi Ilma Mohon Tunggu... Ilmuwan - International Program For Law and Sharia ( IPOLS )

Pembelajar, Penjelajah, Pencinta Olahraga, Traveler

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Lebih dekat Megathrust

6 Oktober 2020   18:27 Diperbarui: 6 Oktober 2020   18:27 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan adanya berita gempa bumi dengan kekuatan 8,8 yang disusul tsunami setinggi 20 meter di pantai Cilacap, Yogyakarta sampai ke Jawa Timur. Kabar ini mengagetkan masyarakat terutama yang tinggal di pesisir selatan Jawa. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan pernyataan agar masyarakat tetap tenang dan tidak mudah terpengaruh oleh berita yang beredar. Namun masyarakat juga dihimbau agar tetap waspada dengan upaya mitigasi

Mitigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengurangi resiko bencana dengan cara peningkatan kemampuan dan penyadaran menghadapai ancaman bencana

Megathrust

Seperti yang kita ketahui bahwa megathrust sering kali dihubungkan dengan istilah gempa. Ya gempa, namun dalam hal ini masih banyak masyarakat yang salah mengartikan bahwa megathrust itu sebagai gempa besar, padahal bukan

Menurut Dr. Daryono, S.Si, M.Si selaku (Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG) 

"Gempa megathrust dipahami sebagai suatu gempa yang sangat besar dan menimbulkan kerusakan tsunami yang dahsyat, apalagi beredar kabar akan terjadi dalam waktu dekat ini. Pemahaman seperti ini tentu saja kurang tepat" dilansir dari laman detik.com(26/09/2020)

Tsunami itu terjadi apa bila ada gempa besar di kawasan megathrust, seperti yang telah diberitakan oleh ilmuwan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Mengungkap bahwa potensi tsunami di Selatan Pulau Jawa setinggi 20 meter

Sebetulnya megathrust sudah bukan hal yang lazim lagi dalam peristiwa bencana alam, namun masyarakat masih menganggap ini merupakan sesuatu hal yang baru. Sebenarnya pada saat peristiwa tsunami di Aceh tahun 2004 megathrust ini sudah sering muncul dan berulang. Ungkap Daryono di lansir dari laman kompas.com (27/09/2020)

Zona Megathrust

Tangkapan layar Peta zona megathrust | pemaparan oleh Daryono | BMKG
Tangkapan layar Peta zona megathrust | pemaparan oleh Daryono | BMKG
Selanjutnya, pada saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan Indonesia sudah mengalami gempa seperti ini, diperkirakan sudah ada sejak jutaan tahun lalu. Selain dari pada itu Indonesia mempunyai dua zona subduksi yaitu zona subduksi aktif dan subduksi banda. Zona subduksi aktif seperti: Subduksi sunda yang mencangkup Sumatera, Jawa, Bali, dan Sumba sedangkan Subduksi Banda mencangkup Subduksi lempeng laut Maluku, Sulawesi, Lempeng laut Filipina dan Utara papua.

Dengan berkembangnya teknologi yang semakin pesat segmen zona megathrust Indonesia saat ini sudah dapat diketahui kekuatanya. Jika dilihat berdasarkan data hasil monitoring BMKG menunjukan bahwa aktivitas gempa kecilah yang sering terjadi di zona megathrust, meskipun bisa juga dapat memicu gempa yang lebih besar. Jadi gempa yang terjadi di wilayah megathrust atau yang kita kenal dengan gempa megathrust kekuatanya tidak selalu besar dan tidak selalu menimbulkan tsunami yang dahsyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun