Mohon tunggu...
Konstan Aman
Konstan Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bertani Itu Harus Sepaham dengan Alam

18 Januari 2023   09:28 Diperbarui: 18 Januari 2023   09:35 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Ketika Sedang Berjalan Di antara Lahan Baru Yang Siap Untuk ditanami Vanili (Dokpri.) 

Sejak awal tahun kemarin hingga sekarang, saya mulai lebih banyak menghabiskan waktu untuk bergelut dengan lahan baru khusus untuk menanam vanili. Sebab demikianlah impian saya sejak lama yaitu ingin mengembangkan varietas vanili sebagai bentuk warisan dari ayah saya. Untuk itulah pada lahan yang berukuran dua bujur saja, saya memulai untuk mewujudkan impian itu.

Terkait dengan pengolahan lahan sepenuhnya sudah hampir rampung. Sekalipun bermodalkan tenaga sendiri dan peralatan yang serba manual (tradisional) saya tetap mengupayakannya dengan penuh semangat dan gairah. Mulai dari pembabatan belukar dan pohon-pohon liar hingga pembuatan teras atau petak-petak kecil telah hampir selesai. Berbekalkan pengetahuan seadanya yang saya dapatkan dari internet seperti menonton youtube, saya berkomitmen untuk menanam dengan menggunakan sistem konvensional yakni membudidaya setingkat di atas gaya tradisional. Jika yang tradisional prinsipnya asal tanam banyak walaupun panennya sedikit, maka yang konvensional sebaliknya yakni tanam sedikit tapi bisa panen banyak dan berlimpah. Saya mulai tertarik dengan Sistem konvensional tersebut berkat konten video tentang budidaya vanili yang disharekan oleh beberapa petani vanili sukses di Indonesia lewat kanal Youtube. 

Namun sebagai petani yang masih segar, saya pun tentunya selalu mengkaji terlebih dahulu terkait setiap informasi yang saya dapatkan, sebelum diejawantahkan mentah-mentah. Tentunya saya mesti belajar menyesuaikan dengan kondisi dan situasi alam di tempat saya. Kalau tidak mau dibilang jadi petani anarkis (mengutip Kong Felix). 

Oleh karena itu, Bersamaan dengan musim hujan yang masih bersemi di bulan Januari ini saya pun tak mau ketinggalan untuk menanam beberapa stek vanili pada tajar hidup yang sudah saya tanam sebelumnya. Saya mendapatkan bibit stek vanili dari seorang petani vanili lokal yang tergolong sukses di kampung saya. Dan saya pun menimba banyak masukan sekaligus petuah bertani yang sangat inspiratif tentunya dari beliau seturut dengan pengalaman beliau sendiri. 

Katanya begini prinsip menanam itu pada dasarnya kita harus sepaham dulu dengan alam. Menanam itu yang paling pertama adalah kita harus saling bangun kepercayaan antara apa yang mau kita tanam dengan tanah itu sendiri. Kita selalu yakin bahwa tanaman yang hendak ditanam itu pasti saling menyatu dengan tanah sehingga bisa tumbuh dengan subur.

Jika mindset dan batin sudah saling menyatu antara kita, tanaman dan tanah maka selanjutnya harus konsekuen untuk saling menjaga, merawat dan menghargai. Misalnya ketika sudah selesai menanam jangan pernah saling mengabaikan satu sama lain. Apalagi kebiasaan petani-petani sebelumnya yaitu menanam lepas. Apalagi langsung tunggu panen, sungguh prinsip yang salah kaprah dalam bertani. 

Namun yang mesti dilakukan adalah selalu saling menjaga komunikasi yang masif dan intens setiap saat. Misalnya pada tanaman vanili sendiri, ketika batangnya mulai menguning atau daun layu itu seyogianya sebuah pesan dari tanah dan tanaman itu sendiri kalau-kalau mereka sedang membutuhkan sesuatu. Kalau bukan nutrisi baru berupa pupuk ataupun air dan sebagainya. Di sini jangan sampai terjadi kesalahpahaman karena bisa berdampak sangat fatal.

Misalnya: ketika gulma sekitar tanaman mulai belukar kita cepat-cepat mengambil keputusan singkat yakni dengan menyemprot menggunakan herbisida. Ini memang sangat membantu namun sifatnya sangat pragmatis dan lama-kelamaan justru merusak. Dia bisa membunuh semua unsur yang justru sangat membantu dalam menghidupkan entah itu unsur hara dalam tanah maupun lainnya. Sebab siklus sebuah tanaman dapat bertumbuh dengan baik dan subur itu bergantung pada sekian jaringan yang turut terlibat di dalamnya. Ketika salah satunya putus atau sengaja dirusakkan maka proses kehidupan tanaman pun akan menjadi terganggu.

Begitu pula dalam hal pemberian pupuk. Pupuk pada prinsipnya nutrisi yang perlu ditambahkan di atas tanah sebagai sumber makanan gizi bagi tanaman yang kita tanam. Dari prinsip ini maka jangan sampai salah kaprah juga dalam hal penerapannya. Sebab sejatinya, alam adalah surga yang kaya akan sumber-sumber utama yang dapat diolah untuk menjadi pupuk.

Ada lapukan-lapukan kayu atau daun-daun yang membusuk, kotoran-kotoran hewan yang mengering dan sebagainya. Tinggal kita mengolahnya secara baik dan menaburnya di atas tanah dengan penuh kasih sayang. Sehingga tidak usah dibawa pusing dan bingung untuk mengeluarkan uang lalu membeli pupuk-pupuk dari pabrikan. Selain mahal juga tanaman kita menjadi kecanduan nantinya. 

Dari sekian pengalaman yang saya timba dari internet maupun menonton youtube, kali ini saya sungguh merasa bahwa saya sedang mendapatkan kuliah pertanian dari seorang profesor. Profesor tani tentunya. Dan tanpa berpikir panjang pun karena libido untuk mulai menanam dari dalam diri saya sudah tak terbendungkan lagi, saya pun langsung berdiskursus dengan lahan saya untuk mulai menanam vanili. 

#Salam Pertanian Organik

Januari 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun