Evaluasi Dampak Teknik Mulsa Organik Terhadap Konservasi Air Dan Penekanan Gulma Pada Budidaya Kacang-Kacangan Organik
Amanda cahyaning Tyas dan Sundahri
Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian, Universitas Jember
Koresponden: Sundahri.faperta@unej.ac.idÂ
 Pertanian organik merupakan sistem produksi pangan yang mengutamakan keberlanjutan ekosistem, kesehatan tanah, dan kesejahteraan petani tanpa ketergantungan pada input sintetis seperti pestisida kimia dan pupuk anorganik. Salah satu tantangan utama dalam sistem pertanian organik adalah pengelolaan gulma dan efisiensi penggunaan air, terutama pada komoditas kacang-kacangan yang rentan terhadap stres air dan kompetisi gulma. Teknik mulsa organik hadir sebagai solusi agronomis yang efektif untuk mengatasi kedua masalah tersebut. Mulsa organik adalah bahan alami seperti jerami, daun kering, atau limbah tanaman yang digunakan untuk menutupi permukaan tanah di sekitar tanaman. Teknik ini mampu mengurangi evaporasi air dari tanah, menjaga kelembaban tanah, menekan suhu permukaan tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma dengan menghalangi penetrasi cahaya. Selain itu, dekomposisi mulsa organik juga menyumbang bahan organik yang memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kapasitas tukar kation. Penerapan mulsa organik telah terbukti secara empiris meningkatkan hasil tanaman dan efisiensi penggunaan air pada berbagai tanaman kacang-kacangan. Berbagai penelitian mutakhir menunjukkan bahwa penggunaan mulsa organik berdampak signifikan terhadap peningkatan hasil panen, penurunan populasi gulma, dan peningkatan efisiensi irigasi. Namun, efektivitas teknik ini sangat bergantung pada jenis mulsa yang digunakan, ketebalan atau dosis mulsa, waktu aplikasi, serta kondisi agroklimat lokal. Dalam konteks pertanian organik, penerapan teknologi yang bersifat alami dan ramah lingkungan seperti mulsa organik menjadi sangat relevan, mengingat larangan penggunaan herbisida sintetis. Oleh karena itu, penting untuk melakukan evaluasi komprehensif mengenai dampak teknik mulsa organik terhadap parameter konservasi air dan pengendalian gulma, khususnya pada tanaman kacang-kacangan organik yang menjadi salah satu komoditas strategis sumber protein nabati. Evaluasi ini dapat memberikan dasar ilmiah bagi pengembangan praktik budidaya yang adaptif, efisien, dan berkelanjutan. Laporan ini disusun untuk menganalisis hasil-hasil penelitian terkini terkait penerapan mulsa organik pada budidaya kacang-kacangan, dengan fokus pada efektivitasnya dalam menghemat air dan menekan gulma. Harapannya, hasil evaluasi ini dapat digunakan sebagai referensi teknis dalam penerapan pertanian organik yang produktif dan ramah lingkungan di tingkat petani
 Masalah utama yang dihadapi dalam budidaya kacang-kacangan organik adalah terbatasnya kemampuan mempertahankan kelembaban tanah dan tingginya tekanan gulma yang menghambat pertumbuhan tanaman serta menurunkan hasil panen. Dalam sistem pertanian organik, larangan penggunaan herbisida sintetis membuat pengendalian gulma menjadi lebih sulit dan bergantung pada metode alami atau mekanis. Di sisi lain, kacang-kacangan memerlukan ketersediaan air yang stabil terutama pada fase pembungaan dan pengisian polong, sehingga kehilangan air akibat evaporasi menjadi tantangan besar. Kondisi ini menuntut adanya teknologi yang mampu mengatasi dua masalah secara bersamaan tanpa melanggar prinsip pertanian organik.Â
 Salah satu cara mengatasi masalah tersebut adalah dengan penerapan teknik mulsa organik. Mulsa organik berfungsi menutup permukaan tanah sehingga mampu mengurangi evaporasi, menjaga suhu tanah tetap stabil, dan menekan pertumbuhan gulma secara alami. Penelitian menunjukkan bahwa berbagai jenis mulsa seperti jerami padi, batang pisang, daun akasia, dan kirinyuh dapat digunakan untuk tujuan ini. Ramut et al. (2024) menunjukkan bahwa aplikasi mulsa akasia dan kirinyuh meningkatkan hasil panen kedelai secara signifikan. Ikhwani et al. (2022) menunjukkan bahwa mulsa dengan dosis tinggi menurunkan populasi gulma secara signifikan. Martana Diputra et al. (2023) dan Nusa et al. (2022) juga melaporkan hasil serupa pada kacang tanah, menunjukkan bahwa teknik mulsa membantu menjaga kelembaban tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman.Â
 Di antara berbagai metode pengendalian dan konservasi yang tersedia dalam sistem organik, teknik mulsa organik dengan jerami padi merupakan salah satu solusi paling efektif dan efisien. Jerami padi mudah diperoleh di daerah pertanian, memiliki ketahanan lebih lama dibanding daun kering, dan secara bertahap memperkaya bahan organik tanah saat terdekomposisi. Selain itu, jerami padi mampu menekan pertumbuhan gulma dominan seperti Echinochloa crus-galli dan Cyperus rotundus secara signifikan, sehingga mengurangi tenaga kerja dalam penyiangan manual. Mulsa jerami padi juga memiliki nilai tambah dalam menurunkan suhu permukaan tanah dan meningkatkan retensi air di musim kemarau. Penggunaan jerami padi dalam bentuk mulsa juga mendukung prinsip daur ulang limbah pertanian, sehingga mengurangi ketergantungan pada input dari luar sistem pertanian. Kombinasi antara efektivitas, ketersediaan bahan, dan manfaat tambahan menjadikan mulsa jerami padi sebagai pilihan unggulan dalam pengelolaan budidaya kacang-kacangan organik yang berkelanjutan.
 Penerapan teknik mulsa organik terbukti memberikan dampak positif yang nyata dalam meningkatkan konservasi air dan menekan pertumbuhan gulma pada budidaya kacang-kacangan organik. Teknik ini memperkuat efisiensi penggunaan air dengan mengurangi evaporasi permukaan dan menjaga kelembaban tanah secara optimal. Selain itu, mulsa organik secara efektif menurunkan intensitas dan keragaman gulma sehingga mengurangi ketergantungan pada metode mekanis dan kimia. Jenis dan ketebalan mulsa sangat mempengaruhi efektivitasnya, dengan jerami padi dan batang pisang terbukti sebagai pilihan yang andal. Residunya yang terurai juga memperkaya bahan organik tanah, memperbaiki struktur, dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah. Dampak jangka panjang teknik ini mencakup peningkatan hasil panen, pengurangan erosi, dan stabilitas ekosistem pertanian. Penggunaan mulsa organik juga sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan, khususnya dalam sistem produksi organik. Meskipun tantangan seperti keterbatasan bahan dan tenaga kerja masih menjadi hambatan, manfaat yang diperoleh jauh lebih besar. Oleh karena itu, mulsa organik merupakan salah satu teknologi yang layak dikembangkan dan disosialisasikan secara lebih luas kepada petani organik di berbagai wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
Gustanti, Y., et al. (2013). Pemberian Mulsa Jerami Padi terhadap Gulma dan Produksi Kedelai. Jurnal Biologi UNAND, 2(1).