Mohon tunggu...
Amallia fitri
Amallia fitri Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2019 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Artikel mata kuliah Pengantar Ilmu Politik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Problematika dan Propaganda Elite

13 Desember 2019   14:20 Diperbarui: 13 Desember 2019   14:22 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

*Oleh : Amallia Fitri

Indonesia merupakan Negara dengan penduduk 269 juta jiwa, dengan jumlah terbesar ke 4 di dunia. Luas wilayah mulai dari Sabang sampai Merauke. Dari Nias sampai Pulau Rote. Terbentang luas seluas 1,905 juta km persegi. Dan masuk dalam daftar salah satu Negara terluas di dunia. Di dalamnya terdapat sumber daya alam yang melimpah. Tanah yang subur dengan penuh kandungan di dalamnya, mulai dari batu bara, uranium sampai dengan emas. Dibentang lautannya yang luas, terdapat keindahan alam bawah laut bak surge dunia, ikan yang melimpah dan kandungan minyak bumi.

Saat ini Negara Indonesia juga merupakan satu-satunya entitas politik (negara) di dunia yang memiliki aktivitas vulkanik tertinggi di dunia. Banyaknya gunung berapi yang disebabkan Indonesia berada di titik tektonis dan vulkanis yang paling aktif di dunia, sebagai bagian dari ring of fire.

Wilayah Nusantara yang subur namun rawan bencana tersebut juga memengaruhi pembetukan watak bangsa menjadi bangsa dengan watak santai karena pengaruh iklimnya yang tropis, tetapi sewaktu-waktu dapat menjadi penuh semangat seperti dahyatnya gunung berapi. Watak semangat bangsa memiliki dua ciri, yang satu membangun, sedangkan yang satunya lagi merusak yang luar biasa dahsyatnya. Watak membangun diantaranya watak gotong royong yang oleh Bung Karno dikatakan sebagai ruh-nya Pancasila, dengan semangat ini Indonesia mampu membangun masyarakat yang harmonis, dinamis, dan produktif.

Sementara itu watak yang merusak adalah watak yang didasarkan pada pemuasan hawa nafsu yang membuat jiwa bangsa menjadi mudah untuk diadu domba dan bisa menjadi manusia yang berbahaya. Contohnya adalah kerusuhan-kerusuhan yang terjadi pada pasca reformasi 1998 di berbagai kota di Indonesia. Kerusuhan-kerusuhan yag terjadi akibat tindakan para provokator menjadi tidak terkendali dan meluas, karena kita saat itu belum berhasil dalam mengolah rasa, pikir, dan raga untuk mengendalikan hawa nafsu. Lebih menyedihkan lagi apabila pemegang kekuasaan cenderung berani mengeksploitasi bangsanya sendiri.

Kerusuhan pasca reformasi ini diakibatkan oleh transisi negara menuju demokrasi. Transisi ini menimbulkan munculnya konflik nasionalisme. Konflik nasionalisme ini disebabkan oleh fanatisme rakyat yang berlebih. Kemudian situasi seperti inilah yang sering dimanfaatkan oleh kaum-kaum elite. Mereka akan melakukan propaganda-propaganda yang bisa disebut dengan propaganda elite nasionalis. 

Tahap awal demokratisasi biasanya bersamaan dengan kebebasan pers. Dalam pengertian konvensional, meningkatnya kebebasan menyatakan pendapat akan mengurangi kemampuan elite yang berkuasa untuk mengembangkan pemikiran nasionalis, karena masyarakat jadi lebih mudah menyanggah gagasan-gagasan yang keliru  dan berbahaya. Kenyataanya, pegertian konvensional ini sering tidak terbukti. Meningkatnya kebebasan pers justru sering menyebabkan maraknya rekayasa mitos nasionalis, karena negara cenderung punya bursa politik yang sangat tidak sempurna sehingga mitos-mitos nasionalis malah dikorbankan dan bukannya dipadamkan.

Pemikiran nasionalis yang juga membuat keadaan semi-demokratis terus bertahan, sehingga semakin sulit untuk dikecam karena media yang setengah termonopoli sehingga sulit untuk mengemukakan fakta dan argumen masyarakat.

Propaganda yang paling sering terjadi dan sudah tidak asing kita dengar yaitu propaganda melalui SARA. Seperti yang kita sudah ketahui, masyarakat Indonesia akan sangat sensitif dengan isu-isu yang barbau SARA. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh kaum-kaum elite untuk memecah bangsa ataupun untuk mencapai tujuan pribadi mereka sendiri. 

Para elite nasionalis ini biasanya menyebarkan propaganda-propagandanya melalui media. Di zaman yang semakin modern dan mudahnya mengakses media di kalangan masyarakat juga memudahkan elite dalam menyebarkan propaganda-propagandanya. Media seringkali menjadi alat propaganda, salah satu contohnya yaitu menyebarkan berita-berita hoax yang dengan sangat mudah memancing opini rakyat. Selain itu berita-berita yang sensitif seperti SARA juga seringkali muncul di media dan menyebabkan perpecahan rakyat.

Seperti terdapat dalam Al-quran Allah telah mewanti-wanti umat islam untuk tidak gegabah dan membenarkan berita yan disampaikan oleh orang-orang yang belum diketahui sikap dan kejujurannya. "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabka kamu menyesal atas perbuatan itu" (QS al-hujurat:6). Dalam konteks hari ini, kita ditintut agar berhati-hati dalam menertima pemberitaan dalam media apapun, terlebih media atau informasi  dari seseorang yang isinya sarat dengan muatan kebencian kepada pihak lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun