Mohon tunggu...
Amalia Sajidah
Amalia Sajidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seberapa Efektifkah Kebijakan Penghapusan PR terhadap Pelajar SD SMP?

31 Oktober 2022   09:31 Diperbarui: 31 Oktober 2022   09:34 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belakangan ini Pendidikan di Indonesia kembali ramai diperbincangkan mengenai kebijakan penghapusan PR untuk pelajar SD SMP. Kebijakan penghapusan PR ini mulai berlaku di Surabaya lebih tepatnya pada 10 November yang akan datang. Beberapa hari lalu Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menghapus pekerjaan rumah (PR) bagi pelajar SD-SMP, namun kebijakan inilah yang masih menjadi perdebatan dari berbagai pihak. Bagi kelompok yang tidak setuju mereka mengganggap PR memiliki ke ikutsertaan dalam meningkatkan kompetensi siswa, namun bagi kelompok yang setuju untuk dihapuskannya PR tersebut mereka merasa bahwa PR dapada membebani siswa, terlebih lagi untuk anak - anak SD. Pada saat seusia anak SD ini mereka harus diberikan kebebasan untuk meningkatkan kecerdasan otak dan kreativitas.

Menurut tenaga pendidik, waktu untuk tatap muka yang terbatas dengan beban kompetensi yang dicapai diangap kurang efektif, maka dengan adanya PR bisa menjadi nilai tambah terhadap pelajar. Kebijakan bebas PR ini diimplementasikan sebagai bentuk untuk mengurangi beban tugas kepada pelajar SD SMP. Dan sebagai gantinya, Pemerintah Kota Surabaya menambah 2 jam pelajaran untuk siswa dapat menjalani pendalaman karakter dan meningkatkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi. Pola pembelajaran karakter ini bertujuan untuk dapat melatih pelajar SD SMP untuk lebih aktif, mandiri, dan berani mengeluarkan pendapat untuk pengembangan pengetahuan siswa.

PR yang selama ini diberikan untuk siswa selalu saja bersifat akademis yang tidak berbeda dengan apa yang diberikan setiap hari di dalam kelas.Siswa harus bertemu teori atapun rumus dan soal hampir sepanjang harinya, ketika sudah sampai rumah pun siswa masih saja mengerjakan PR yang diberikan guru di sekolah. Dengan begitu waktu yang dihabiskan oleh siswa terkuras habis untuk mengerjakan PR dan hanya tersisa waktu tidur saja. Padahal, untuk seusia anak SD kita tahu bahwa diumur segitu tidak melulu mengenai sekolah dan segala hal yang menyertainya, termasuk mengerjakan PR. Dengan begitu harus ada beberapa aspek pertimbangan yang sebaiknya digunakan sebagai indikator memberikan pekerjaan rumah, seperti PR dapat dinilai penting jika hasil evaluasi guru menunjukkan ternyata PR terbukti dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan siswa. Dengan begitu PR bukan di hapuskan tetapi mencari jalan lain supaya PR tersebut tidak mebebankan siswa, PR itu menjadi keharusan yang ada pada disetiap pelajar. Yang harus diperbaiki ialah cara pemberian dan metode mengerjakan PR itu sendiri. Pendidik harus kreatif lagi dalam menemukan sebuah inovasi yang efektif supaya bagaimana caranya PR itu dapat menjadi mengasyikan bukan membosankan. Adanya PR saja masih banyak Siswa yang tidak mengerjakan PR dan belajar dirumah, apalagi Jjika sampai PR dihapuskan, bisa saja tidak ada siswa yang mau belajar dan membuka buku dirumah dan mereka akan terus asik untuk bermain sampai lupa waktu untuk belajar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun