Mohon tunggu...
Amalia Dewi Rahmawati
Amalia Dewi Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membuka lembaran pembelajaran dengan menuangkan pengetahuan dalam bentuk tulisan naratif.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bukan Aceh Saja yang Menolak! Mengapa Pengungsi Rohingya Sulit Diterima di Berbagai Negara?

25 Desember 2023   06:28 Diperbarui: 25 Desember 2023   07:00 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dilansir KOMPAS.TV Belakangan ini tercatat beberapa gelombang kedatangan pengungsi etnis Rohingya ke Aceh. Pekan lalu, ratusan pengungsi Rohingya tiba di perairan Aceh Utara setelah sebelumnya ditolak oleh warga Bireuen dinilai tidak menaati aturan setempat.

Dalam sepekan terakhir, tiga gelombang pengungsi Rohingya mendarat di Aceh, dua di antaranya di Pidie. Satu gelombang lain yang ditolak warga Bireuen kini masih terombang-ambing di perairan antara Aceh Utara dan Lhokseumawe. Warga setempat menilai sejumlah pengungsi yang datang sebelumnya tidak menaati peraturan dan norma-norma di daerah setempat dan melarikan diri dari penampungan yang disediakan pemerintah.

Kenapa Rohingya Diusir dari Myanmar?

Etnis Rohingya tidak seluruhnya beragama Islam, terdapat pula penganut agama lain seperti Hindu yang turut menjadi korban pembantaian di Myanmar. Oleh karena itu, di kamp pengungsian Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh, hadir pula etnis Rohingya penganut Hindu yang mengungsi akibat pembantaian tersebut. Pelaku utama pembantaian terhadap etnis Rohingya adalah militer Myanmar. Dalam sejarahnya, militer Myanmar juga pernah membantai etnis lain seperti etnis Kachin yang mayoritas Kristen, etnis Chin yang mayoritas Kristen dan juga sering menjadi korban penindasan militer Myanmar, serta etnis Shan baik yang Muslim maupun Buddha yang turut menjadi korban kekerasan militer Myanmar.

Hal ini menunjukkan bahwa tindakan militer Myanmar murni merupakan upaya pembersihan etnis, bukan pembersihan agama. Sebab jika benar pembersihan agama, masjid-masjid di kota-kota lain seperti Yangoon seharusnya dihancurkan. Di beberapa wilayah Muslim lain di Myanmar seperti etnis Zerbadee, Cholias, dan Kaka masih bisa hidup normal dengan masjid beroperasi. Berbeda dengan nasib tragis etnis Rohingya yang secara sistematis dibantai dan dirampas hak-haknya.

Mengenal Etnis Rohingya

Etnis Rohingya sendiri adalah salah satu etnis mayoritas muslim di Myanmar, tepatnya di wilayah Rakhine. Menurut UNHCR, akar permasalahan yang dihadapi etnis Rohingya adalah karena mereka tidak diakui sebagai etnis resmi di Myanmar. Kewarganegaraan mereka bahkan ditolak sejak tahun 1982 yang menyebabkan etnis Rohingya menjadi kelompok terbesar tanpa kewarganegaraan di dunia. Krisis etnis Rohingya sudah berlangsung lebih dari 40 tahun dan memuncak pada tahun 2017 saat militer Myanmar melakukan pembantaian dan pengusiran paksa.

Masih menurut data dari UNHCR, sejak 1990-an diperkirakan telah terdapat sekitar 1 juta etnis Rohingya yang terpaksa mengungsi dari Myanmar ke negara-negara lain. Sekitar 90% dari total pengungsi Rohingya ini akhirnya menetap di Cox's Bazar, Bangladesh, yang merupakan wilayah penampungan pengungsi Rohingya terbesar sekaligus menjadi kamp pengungsi terbesar di dunia hingga kini. Dengan demikian, 90% etnis Rohingya berada di Cox's Bazar, Bangladesh, sedangkan sisanya mengungsi dan mencari peruntungan di negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, Indonesia, hingga India.

Baru-baru ini, pengungsi Rohingya yang hendak mendarat di Aceh ditolak oleh masyarakat setempat. Peristiwa serupa pernah terjadi di Malaysia beberapa tahun lalu, dimana masyarakat Malaysia juga menentang kedatangan pengungsi Rohingya. Penolakan terhadap pengungsi Rohingya sebenarnya bukan hanya terjadi di Aceh atau Malaysia, melainkan juga di banyak negara Asia Tenggara lainnya sejak lama.

Lantas, apa penyebab pengungsi Rohingya dari Myanmar ditolak di berbagai negara khususnya di Asia Tenggara?

Berdasarkan pengalaman Thailand dan Malaysia, ada beberapa faktor penting. Pertama, kapasitas dan sumber daya yang dimiliki oleh negara penampung terbatas. Kedua, kekhawatiran akan dampak sosial dan ekonomi dari kehadiran ribuan pengungsi. Ketiga, perbedaan signifikan dalam hal agama, budaya, dan tradisi yang mempersulit proses adaptasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun