Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Empat Babak Berdarah Jelang Hari Pahlawan (Bagian Ketiga)

23 Oktober 2020   18:58 Diperbarui: 23 Oktober 2020   19:09 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Tribunnews.com) (Dok. Kompas)

Sore hari itu berontaklah kita. Semua lokasi konsentrasi mereka dikepung TKR dan pemuda dan meletuslah pertempuran selama 3 hari. Gedung-gedung yang ditempati seperti White Away dan Gedung Radio dibakar habis bersama serdadu-serdadu didalamnya.

Saya sendiri ikut mengepung ex-Markas Kendaraan di Gubeng Trowongan sambil menyaksikan para anggota TKR menembaki serdadu-serdadu Sekutu sambil berlindung dibalik tanggul tinggi rel kereta-api jurusan Gubeng-Wonokromo. Pertempuran itu berlangsung siang dan malam. Untungnya pagar belakang rumah saya di Jl. Juwingan ditanami rumpun bambu yang lebat, sehingga peluru hanya memecahkan batang-batangnya. Meski demikian seorang pemuda tertembak bahunya karena mengintip dari pagar kawat berduri dan gedek markas itu.

Dari atas tanggul rel, nampak beberapa serdadu tergolek tertembak dan sebagian tidak bisa keluar dari parit (hingga kini masih ada di Jl. Kertajaya) takut menjadi sasaran para penembak kita, meski mereka diperlengkapi senapan otomatis. Sungai Kalimas dan Jagir  (muara sungai Brantas) dipenuhi mayat serdadu yang tewas dan dilempar saja kedalamnya.  Begitu pula beberapa serdadu yang menduduki Jembatan Dinoyo (berhadapan dengan pabrik BAT) berguguran dan sebagian tercebur ke Kalimas oleh peluru-peluru TKR.   

Pihak Inggris akhirnya minta Presiden Sukarno dan Wapres Moh. Hatta serta Menteri Pertahanan Amir Syariffudin untuk menghentikan perlawanan kita. Pada 29 Oktober 1945 mereka diterbangkan denqan pesawat Dakota RAF (Royal Air Force) Inggeris ke Lapangan Terbang Morokrembangan, meski semula ditembaki oleh TKR. Namun Presiden Sukarno keluar pintu dan melambaikan bendera Merah Putih.

Pasukan kita segera tahu penumpang pesawat itu dan memberi hormat serta mengawal rombongan ke Gubernuran, termasuk beberapa wartawan luar negeri yang ikut.  Menurut pihak Inggris, pimpinan di Surabaya tidak ada yang mau berunding menghentikan pertempuran. Kecuali oleh Sukarno dan Moh. Hatta. Perundingan dihadiri Jenderal DC Hawthorn, panglima Sekutu untuk Jawa, Madura, Bali, Lombok.

Singkat kata, 29 Oktober malam dicapai persetujuan pertempuran dihentikan dan disiarkan dengan mengarak keliling dr. Sugiri dan Brigjen AWS Mallaby yang duduk disayap mobil keliling lokasi pertempuran untuk menyerukan penghentian tembak-menembak.

Kalau saja dibiarkan dua hari lagi, habislah semua tentara Inggeris itu. Dari pertempuran 28-30 Oktober itu saja  lebih dari 220 serdadunya tewas, puluhan luka-luka dan beberapa tanknya dirusak.      

Yang tidak jelas siapa pelakunya, pada 29 Oktober menjelang petang hari Brigjen AWS Mallaby ditembak dan mobil sedannya terbakar. Inggris menuduh pasukan kita yang menembaknya. Langsung disanggah. Justru serdadunya sendiri salah tembak karena merasa akan diserang pejuang-pejuang kita.  Dalam sejarah Surabaya, Mallaby satu-satunya jenderal yang tewas dalam pertempuran. Satu babak sebelum babak final Hari Pahlawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun