JAKARTA -- Rendahnya literasi di Indonesia disebabkan oleh masyarakat yang kurang sadar akan manfaatnya. Lebih dari itu, beberapa orang bahkan masih belum mengerti makna literasi. Literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Keduanya belum menjadi budaya di negara kita. Padahal, perkembangan ilmu dan budaya harus dimulai dari keduanya.
Hasil studi yang dipublikasikan dengan nama "The World's Most Literate Nations", menunjukan Indonesia berada di peringkat ke-60, hanya satu tingkat di atas Botswana. Penyebab rendah minat dan kebiasaan membaca itu antara lain kurangnya akses, terutama untuk di daerah terpencil. Hal itu merupakan salah satu yang terungkap dari Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Kemudian saat ini dalam dunia Pendidikan telah dilaksanakannya pembelajaran jarak jauh akibat pandemi COVID-19 yang dimana peserta didik dari tingkat rendah hingga tinggi melaksanakan pembelajaran tidak langsung bertatap muka melainkan dalam jaringan yang langsung berinteraksi dengan teknologi. Pemerintah Indonesia telah memberikan kebijakan dalam Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 yang dipublikasi melalui Kemendikbud yang isi didalamnya menyebutkan bahwa adanya keputusan mengenai pembelajaran secara daring. Sehingga berbagai sekolah memperbaiki sistem dalam strategi pembelajaran agar terbangun keberlangsungan Pendidikan secara virtual.Â
Dengan adanya berbagai media pembelajaran virtual memudahkan siswa untuk memperoleh Pendidikan. Akan tetapi hal yang mengejutkan ialah terjadinya penurunan literasi siswa dalam belajar.
Faktor pertama ialah belum adanya pembiasaan dalam membaca yang ditanamkan sejak usia dini. Hal ini patut disayangkan karena usia kanak-kanak adalah usia emas, di mana pada fase ini anak sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sehingga para orang tua dapat membentuk karakter anaknya. Kedua, akses fasilitas pendidikan yang masih belum merata dan minimnya kualitas sarana pendidikan serta yang terakhir ialah kurangnya produksi buku di Indonesia karena penerbit di daerah yang belum berkembang. Penurunan literasi baca tulis banyak terjadi disebabkan oleh berbagai faktor saat pandemic Covid-19, contohnya seperti kurangnya adaptasi pembelajaran secara online, tidak ada media perangkat yang mencukupi.
Berdasarkan paparan tersebut, maka diadakannya kegiatan rutin mingguan yaitu kegiatan membaca dan mengulas buku cerita yang sasaran utamanya adalah siswa-siswi kelas 5 SDN Tanjung Barat 05 Pagi Jakarta Selatan.
Kegiatan tersebut berupa membaca buku cerita tema yang telah ditentukan yaitu kebudayaan Indonesia dengan diberikan waktu 1 jam siswa-siswa untuk membacanya, kemudian setelah selesai membaca buku cerita, siswa diarahkan untuk mengulas mengenai buku cerita yang telah dibaca kemudia nilai-nilai apa yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan dalam meningkatkan literasi baca tulis di SDN Tanjung Barat 05 Pagi ini menggunakan media virtual yaitu pertemuan dalam jaringan menggunakan zoom meeting, pendampingan pada siswa dalam membaca buku cerita dan memberikan motivasi agar terus meningkatkan minat baca terhadap siswa kelas 5 ini.
Kegiatan membaca buku cerita ini dilaksanakan rutin hari sabtu dan telah berlangsung 3 kali pertemuan. Evaluasi yang didapat dalam pelaksanaan peningkatan literasi pada siswa SDN Tanjung Barat 05 Pagi Jakarta Selatan ini telah menambah minat siswa dalam membaca terutama untuk buku cerita.
Kedepannya, dengan adanya kegiatan semacam ini, anak-anak di SDN Tanjung Barat 05 Pagi diharapkan mulai membiasakan diri dan meningkatkan minat untuk membaca sejak dini sehingga anak-anak memiliki kebiasaan yang positif dan bermanfaat untuk masa depannya. Karena para anak mudalah yang nantinya akan menjadi penerus bangsa.