Sekularisme Benang Merah Renaissance Dan Kebangkitan Barat
By    : Heriaman Apriandi
NIM Â Â : 3920185110242
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Darussalam Gontor
Beranjak dari sebuah pertanyaan mengenai apa sebenarnya yang menjadi episentrum dari Renaissance sehingga menjadi cikal bakal kegemilangan barat atau bangsa-bangsa eropa pasca abad pertengahan? maka Dr. Mohd. Sani Badron senior Fellow/Director Centre for Economics and Social Studies, Institute of Islamic Understanding Malaysia (IKIM) menjelaskan fenomena bersejarah tersebut didalam artikelnya yang berjudul Secularization its threat to the natural world politics and values.Â
Bahwa semangat fundamental dari Renaissance ialah ketika otoritas gereja tidak lagi menjadi ihwal dasar di dalam menjalankan ritualitas hidup yang serba kompleks, artinya barat mulai menumbuhkembangkan doktrin sekular dengan menceraikan konsep agama dengan kehidupan dunia.[1]
Kendati demikian sekularisme tidak terjadi begitu saja, diantara yang mendasari terjadinya gerakan pemisahan agama dengan kehidupan dunia ialah ketidakmampuan otoritas gereja menjelaskan tentang aspek teologis serta maknawi al-kitab yang menjadi landasan dasar ajaran gereja. Pandangan umum barat menyatakan bahwa dengan menenggelamkan pengaruh teologis atau aspek agama maka kemajuan akan segera terbit, setiap manusia dapat berdikari, merdeka dalam menentukan nasib sendiri, karena tidak ada lagi dogma yang membatasi.
Kebebasan dapat menghasilkan perubahan besar, begitulah kiranya kata yang menyemangati kebangkitan barat dimana manusia tidak lagi berpegang pada prinsip memento mori (ingatlah engkau akan mati) justru di ganti dengan semboyan carpe diem (nikmatilah kesenangan hidup). Sehingga pada abad 14 Renaissance terjadi dan anthroposentris di kedepankan daripada teosentris.[2] Otonom dipegang secara mandiri oleh masing-masing individual dan bebas melakukan segala yang di kehendaki demi mencapai kesenangan dan kepuasan dunia.
Adapun produk unggulan dari gerakan Renaissance ini adalah menggalakkan nilai-nilai humanis, dan semangat humanis sangat meyakini bahwa setiap individu memiliki andil besar dalam revitalisasi pada multisektor kehidupan, semangat humanisme mampu mengembangkan ilmu pengetahuan barat dengan karakteristik mengedepankan rasio, pragmatis dan sekuler. ide spekulatif sangat di kedepankan sedang sentuhan dimensi agama di sisihkan.
Sebagai tulisan pengatar maka penting kiranya kita mengetahui apa itu Renaissance, terutama dalam tinjauan epistemik tentunya yang pekat akan historis bukan ahistoris. menilik fakta yang ada dan menjawab pertanyaan mengapa barat demikian?Â
pertama dapat dilihat dari aspek bahwa peradaban barat pernah mengalami trauma psikologis ketika agama memenjarakan rasio masyarakat, zaman kegelapan yang terjadi pada abad pertengahan (the medival age) dimulai ketika imperium romawi runtuh bersamaan dengan kemuncula gereja Kristen sebagai rasio dominasi yang mengukung dengan sebuah fatwa sakral yang menyatakan ''tidak ada keselamatan di luar kristus''.