"Makanan seharusnya menyehatkan, bukan membuat anak-anak masuk rumah sakit."Â
Pernyataan ini terasa ironis saat hari ini media nasional dan lokal ramai memberitakan kasus keracunan massal akibat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah sekolah. Puluhan siswa mengalami muntah, diare, hingga harus dirawat.
Di atas kertas, MBG adalah program ambisius pemerintah untuk mengatasi stunting, memperbaiki gizi, sekaligus membantu keluarga miskin. Namun, tragedi keracunan ini mengingatkan kita: niat baik tak cukup tanpa sistem yang matang. Yang dipertaruhkan bukan hanya kesehatan anak-anak, melainkan juga kepercayaan publik terhadap negara.
Ambisi Besar, Risiko Besar
Tidak ada yang menyangkal manfaat dari program makan bergizi gratis. Tetapi pelaksanaannya melibatkan rantai panjang: pengadaan bahan baku, distribusi, pengolahan, hingga penyajian di sekolah. Setiap mata rantai adalah titik rawan.
Ketika satu saja lalai --- entah kualitas bahan, higienitas dapur, atau suhu penyimpanan --- maka hasilnya bisa fatal. Kasus keracunan hari ini menjadi bukti bahwa pengawasan mutu belum berjalan ketat.
Dimana Titik Gagalnya?
Beberapa kemungkinan penyebab patut menjadi sorotan: