"Independensi bank sentral itu ibarat rem pada kendaraan. Tanpa rem yang kuat, seberapa kencang pun kita melaju, ujungnya bisa terjerumus ke jurang"
Pernyataan itu relevan dengan wacana terbaru pemerintah dan DPR untuk memperluas mandat Bank Indonesia (BI). Ide yang diusung: agar BI tak hanya menjaga stabilitas moneter, tetapi juga bertanggung jawab mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sekilas, gagasan ini terdengar manis. Pertumbuhan adalah cita-cita semua bangsa. Namun, apakah kita rela mengorbankan independensi bank sentral demi janji pertumbuhan yang belum tentu berkelanjutan?
Mengapa Independensi Itu Penting
Pasca krisis 1998, Indonesia belajar pahitnya campur tangan politik dalam moneter. Lahirnya UU No. 23/1999 menjadikan BI lembaga independen. Tujuannya jelas: melindungi kebijakan moneter dari tarik-menarik kepentingan jangka pendek.
Tanpa independensi, kebijakan suku bunga, pencetakan uang, hingga nilai tukar rentan dipolitisasi. Dampaknya bisa fatal: inflasi, melemahnya rupiah, hingga hilangnya kepercayaan investor.
Mandat Ganda: Antara Harapan dan Bahaya
Pendukung perubahan sering mencontohkan The Federal Reserve di AS, yang memiliki mandat ganda: menjaga stabilitas harga dan lapangan kerja.
Namun, perbedaan konteks harus diperhatikan. Amerika memiliki sistem checks and balances yang jauh lebih matang. Indonesia, sebaliknya, masih rentan intervensi politik. Jika BI dipaksa jadi mesin pertumbuhan, kita bisa tumbuh cepat tapi rapuh.
Risiko yang Mengintai