" Jangan menyerah, baru segini kok!".
" Semangat ya, coba banyakin bersyukur".
Terlihat berbeda walau intinya sama, kan? Maka dari itu banyak orang yang masih bimbang untuk merespons seseorang dengan cara yang baik tanpa menyinggung perasaan orang lain.
Sesuai judul artikel "Toxic Positivity,Aku Butuh Kamu" jika dilihat dari kenyataan, kalimat tersebut tidak sepenuhnya salah dan negatif sesuai apa yang orang lain bayangkan.Â
Mungkin kebanyakan orang justru risih dengan toxic positivity. Tetapi, masih banyak orang yang menerima dan bahkan nyaman dengan kalimat toxic positivity.
Loh kok bisa?Â
Cara pandang orang memang berbeda, ada yang mendengarkan kalimat toxic positivity justru tertekan atau bahkan ada yang di berikan kalimat toxic positivity justru menambah semangat dan lebih mengenali emosi dalam diri.
Sebenarnya, toxic positivity ini dibutuhkan setiap orang. Â Hanya saja, respons setiap orang yang menerima kalimat toxic positivity itu berbeda.Â
Wajar apabila kalimat toxic postivity itu diungkapkan secara berlebihan atau berulang kali bisa menyebabkan seseorang risih dan bahkan tertekan.
Sebaiknya jika memang niat kita merespons seseorang dengan kalimat positif, tidak perlu berlebihan.
Berbeda dengan yang lain, ketika toxic postivity dianggap hal yang membuat risih, ada satu hal yang menarik.Â