Mohon tunggu...
Alwan
Alwan Mohon Tunggu... Sejarawan - Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Budak ti Lembur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

DEAR DAKHIDA

6 Januari 2021   00:13 Diperbarui: 6 Januari 2021   19:44 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kubuka mata ini dengan perlahan-lahan, mata yang sayu karena tak kunjung melihat bentuk nyata akan sebuah harapan; harapan di tahun ini, tahun yang sebentar lagi akan berlalu dan pergi.

Hari ini, kamis, 31 Desember 2020. Adalah hari yang ku tunggu-tunggu, hari yang sudah kita tentukan untuk berkumpul, bercerita dan bernostalgia.

Sebelum lebih jauh ku bercerita, izinkan aku menyapa dan menyampaikan salam sejahtera walau lewat media yang tak bernyawa, untuk kalian sahabat-sahabat tercinta: Azis, Desma, Dhimas, Ilham, Hikmat dan Krisna (DAKHIDA). Semoga hari-hari kalian senantiasa berseri bak bunga matahari yang mekar berseri tersinari oleh cahaya mentari.

Pagi ini mentari menampakkan diri dengan begitu eloknya, sinarnya yang lembut memberi kehangatan dan ketenangan jiwa bagiku, kamu dan kita para pemimpi.

Harapan pun muncul dari dalam diri, aku berharap semoga Tuhan memberi anugerah besar di hari ini dan tak terputus hingga hari-hari esok.

Usai menikmati indah dan syahdunya citra muka bumi dipagi hari, aku bergegas menyiapkan segala keperluan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam kegiatan camping ini. Ku buka Whatsapp Grup (DAKHIDA) karena takut ada barang yang terlewat ataupun terlupakan.

Tak butuh waktu lama, tas keril telah terisi penuh oleh perlengkapan yang dibutuhkan, dompet pun telah dihiasi oleh lembaran-lembaran kertas berlogo pahlawan; tak seberapa banyak nominalnya namun dirasa cukup untuk sekedar bermalam dengan sahabat dan kawan-kawan ditepi pantai selatan. Kini, hanya tinggal meminta izin pada sang pahlawan hidup: ayah dan ibu.

Izin ayah dan ibu tak perlu ditebus dengan harga mahal, ia hanya meminta keselamatan untuk diriku dan pulang tanpa rasa sendu.

Ku ambil kunci motor diatas meja, segera ku nyalakan kendaraan ini dan bergegas menuju tempat persinggahan yang telah ditentukan: rumah Krisna, tempat dimana kita berbicara tanpa memperhatikan nada, tempat yang hanya membuat kita tertawa tanpa ada rasa was-was dan derita, tempat aku, kamu dan kita bercerita.

Semua telah berkumpul di rumah itu, kita mulai berbincang dan mendiskusikan teknis pemberangkatan. Generalisasi telah didapat, kini saatnya kita berangkat menuju tempat yang telah ditentukan: pantai karangpotong, pantai indah tempat yang akan kita gunakan untuk  melepas tahun lalu dan menyambut tahun yang baru, tempat kita berbagi cerita dan saling menyampaikan cita, tempat yang ku anggap sebagai fatamorgana surga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun