Mohon tunggu...
AlvinZurqoni
AlvinZurqoni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris UNAIR

Saya suka hal-hal yang berbau fiksi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Boris Johnson, Pembelajaran Public Relations yang Penting

11 Juli 2022   03:12 Diperbarui: 11 Juli 2022   03:26 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perdana Menteri Boris Johnson, akhir akhir ini memiliki beberapa minggu yang menantang. Ia saat ini dilanda mimpi buruk dalam hubungan dengan masyarakat selama berabad-abad, dan setiap hari situasi Boris yang malang tampaknya semakin buruk. Namun, tidak ada yang benar-benar merasa kasihan padanya, karena dia sendirilah yang membuat ini terjadi. Dia telah berhasil menjadi salah satu tokoh politik yang paling memecah belah dalam 30 tahun terakhir, dan dia baru menjabat sejak akhir Juli.

Kesalahan dalam berindak Boris menjadi pembelajaran, bukan hanya bagi mereka yang ingin menjadi PM, tetapi juga bagi mereka yang ingin sukses dalam pendidikan kecakapan publik. Jadi apa yang bisa kita pelajari dari Boris Johnson?

Selalu katakan yang sebenarnya.

PM Boris telah dituduh berbohong kepada Ratu (semua orang), aetika meminta izin untuk menangguhkan parlemen, atau mendunda, seperti yang disebut di awak media. Itu adalah masa ketika melakukan hal-hal seperti menangguhkan parlemen tidak dianggap benar-benar tidak masuk akal dan sepenuhnya tidak demokratis?

Boris benar benar menolak semua tuduhan, bagaimanapun ia sendirilah yang menuntun ia menuju akhir karirnya.

Seorang PM yang berbohong tidak dapat dipercaya rakyat, lihatlah kemarahan publik atas pengungkapan fakta yang sebenarnya. Contohnya PM saat itu, Tony Blair, telah berbohong secara terbuka untuk membujuk orang agar mendukung intervensi Inggris di Irak.

Wartawan membenci ini Mereka merasa disesatkan.

Menolak kebenaran, atau terus terang berbohong, adalah cara termudah dan tercepat untuk kehilangan kepercayaan jurnalis.

Memilih kata dengan hati-hati.

"It's not about what you mean; it's about what you say" -- Jonny Stone (2019)

Boris berkali-kali telah menampilkan dirinya kepada dunia sebagai seseorang yang tidak mematuhi konvensi seperti diplomasi, atau kebenaran politik, pada pengambilan keputusan dia sama sekali tidak membantu ketika dia merujuk pada RUU yang akan memaksanya untuk mencari solusi. Perpanjangan tanggal cuti Inggris dari Uni Eropa sebagai "tindakan menyerah".

Jika ada subjek yang tidak digunakan sebagai bahan pembicaraan untuk mendorong agenda pro-Brexit, kematian anggota parlemen Jo Cox adalah contohnya.

Jadi pilihlah kata agar maksud dan tujuannya jelas.

Bersikap realistis saat menetapkan target atau tujuan.

Dapat dibilang, kesalahan terbesar yang bisa dilakukan Boris Johnson sebagai calon PM adalah berjanji untuk merealistiskan Brexit, "go to hell or high water". pada 31 Oktober 2019. Boris berjanji bahwa terlepas dari apakah kesepakatan perdagangan ada dengan UE, Inggris akan lepas akhir Oktober. Meskipun ini menggembirakan bagi beberapa pendukung Brexit yang keras, namun bagi hampir semua orang, hal itu menimbulkan kekhawatiran serius.

Cukup sederhana. Jangan membuat janji yang tidak bisa Anda tepati.

Sebagai manusia, kita perlu mengelola ekspektasi pemangku kepentingan penting, yang sering kali memiliki ambisi besar seputar publikasi mana yang mereka harapkan untuk menjadi kenyattan, dan seberapa sering mereka berharap berada di dalamnya.

Hal terburuk yang dapat Anda lakukan adalah menjanjikan mereka cakupan yang tidak dapat Anda penuhi, karena dengan meningkatkan harapan mereka ke tingkat yang tidak dapat dicapai, ekspektasi merekapun akan melambung tinggi.

Jadi begitulah, beberapa pelajaran PR penting yang terinspirasi oleh kesalahan Alexander Boris de Pfeffel Johnson.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun