Mohon tunggu...
Alvin F. Zahro
Alvin F. Zahro Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

Pemula yang masih Belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Bunga Kuncup Menunggu untuk Mekar [Part2]

4 Oktober 2017   21:40 Diperbarui: 4 Oktober 2017   22:28 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Karena tuntutan cacing-cacing yang sedari tadi berdendang dalam perut, aku langsung menuju kantin setelah jam pelajaran selesai. Tapi, tiba-tiba dendangan itu berhenti, tak ada lagi protes dari cacing-cacing di perutku. Serasa perut ini menjadi kenyang. Yah, sebab dia. Kak RAFA. Dia berada di kantin bersama teman temannya. 

Malu, gugup, kecewa dan lainnya bercampur baur membuatku enggan menuju kantin. Ku putuskan untuk kembali ke kelas. Andai, dia merasakan apa yang ku rasakan saat ini, mungkinkah ia datang padaku? Menghilangkan rasa "menunggu"ku ini? Dan mengubah kata kamu dan aku menjadi kita? Akh, indah rasanya memikirkan semua ini. Melihat sikapku yang seperti ini, rasanya kata "kita" antara aku dan dia akan sangat jauh. Ya Tuhan, sesulit inikah? 

Selalu saja perasaan ini muncul setiap bertemu dengannya. Hanya dari jauh aku mampu memandangnya, hanya ini yang dapat kulakukan ketika aku rindu padanya. Mendekat? Dalam beberapa langkah saja aku sudah bingung antara mendekat atau menjauh. Terlalu banyak halangan yang membuat aku tak bisa dekat dengannya. Salah satunya saja adalah sifat perfeksionisnya, termasuk mengenai para pendampingnya. Ingin rasanya waktu ku ulang, dan akan ku ulang pandangan pertama saat itu pada orang lain bukan pada dirinya. Karena bagiku cinta padanya berarti menjatuhkan diri dalam kesedihan yang berkepanjangan. Iya, karena dengan jatuh cinta aku berarti mengharapkannnya akan bersamaku, dan itu semua apa mungkin?

Kuingin kau tau..

Diriku di sini menanti dirimu..

Meski ku tunggu hingga ujung waktuku..

Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya..

Tak terasa, belum juga tuntas Ungu mengakhiri "Cinta Dalam Hati" itu, mataku mengeluarkan air hangat, meleleh ke pipiku. Ku usap beberapa kali dan mencoba tidak memikirkan wajahnya, senyumannya, juga kata-katanya. Sebuah SMS masuk ke inbox-ku, "maafin aku ya dek, aku jahat sama kamu, padahal kamu baik banget sama aku." Oh my God!!! Sentak aku langsung terkejut karena dia meminta maaf kepadaku. Aku langsung membalas dengan perasaan yang masih bertanya-tanya, "iya nggak apa-apa kak, mungkin karena aku yang terlalu berharap." Belum usai aku terkaget-kaget, sebuah SMS masuk dan kembali membuat aku melongo, "Dek, apa kamu bener sayang aku? Kamu sayang aku sebagai kakak atau yang lain? Apa yang membuat kamu sayang sama aku?"

 Dengan pertanyaan yang sedemikian hebatnya hingga aku bingung harus menjawab bagaimana, dan dengan tangan gemetar aku mengetik pesan, aku menjawab "iya kak, jujur aku sangat sayang sama kamu. Aku nggak tau kenapa aku bisa sesayang ini sama kamu. Tapi aku tau kamu sayang aku hanya sebatas adik saja." Dia membalas pesanku, "Jujur dek, tiba-tiba pas UNAS sering kepikiran kamu, nggak tau kenapa. Ketika wisuda nanti aku ingin bicara empat mata dengan kamu." 

HAAHHH!!! 

Benarkah ini, benarkah apa yang dia katakan? Apa dia??? Ah jangan menebak yang tidak-tidak dulu Vin, nanti kalau PHP lagi kan sakit. Memendam perasaan selama 4 tahun itu cukup menguras hati. Jatuh cinta sendiri, galau sendiri, menangis sendiri, bahagia sendiri, kecewa sendiri dan MENUNGGU SENDIRI. Menyenangkan? Jangan ditanya lagi, nyesseeek. Merasakan semua hal tersebut tanpa dia merasakannya juga itu nyesssek tingkat DEWA,, :D. Tiap hari harus stalking di sosial medianya dia demi mengetahui kabarnya, meskipun begitu tetap saja hati ini tak bisa berpaling. FIRST LOVE? Ya.

Perpisahan siswa siswi telah tiba. Aku merasa sangat gugup karena memikirkan apa yang akan kak Rafa katakan ke aku nanti. Sedari tadi aku yang bertugas sebagai petugas paduan suara yang berada di atas panggung dan kak Rafa sebagai wisudawan yang duduk di deretan kursi wisudawan wisudawati, kita hanya saling memandangi dari kejauhan dari awal acara hingga satu persatu acara terselesaikan. Kemudian aku turun dari panggung dan melihat kak Rafa bersama ibu dan kakaknya sedang berfoto bersama. 

Aku menuju kantor melalui jalur di sebelah kak Rafa dendan harapan aku bias menyapa dia dan ibu kakaknya. Ternyata kenyataan lebih dari harapanku, ibu kak Rafa yang memanggilku terlebih dulu dan mengajaku foto bersama kemudian beliau menyuruhku dan kak Rafa foto berdua. Setelah itu dia mengajakku mencari tempat untuk berbicara sesuatu. Dengan gugup aku mengikutinya, dan berhenti di kantin yang saat itu sedang sepi, mungkin hanya ada beberapa orang saja termasuk ibu-ibu penjual di kantin.

Kita duduk saling berhadapan, aku mencoba menatap matanya dalam-dalam, dan mungkin dia juga sama sepertiku. Dia membuka pembicaraan dengan nada yang gugup, rupanya dia juga gugup sepertiku hehehe. Dengan halus dan penuh perasaan dia mengatakan,"Dek, aku ingin kita ada hubungan lebih serius, mungkin tidak sekarang tapi nanti, aku mau kamu menunggu aku sedikit lagi setidaknya sampai aku lulus kuliah dan mendapat kerja." 

Detik itu juga aku merasa semua penantianku, semua pengorbanan air mataku, semua pertanyaan-pertanyaanku terjawab sudah. Kata-kata "KITA" yang sejak dulu ingin aku wujudkan ternyata semua terkabulkan. Tapi aku berusaha untuk meyakinkan lagi, "apa kamu benar-benar serius? Apa kamu benar-benar yakin mengatakan seperti ini kak?" 

Dengan perasaan yakin dia mengatakan, "sejauh ini aku yakin memilih kamu dek, aku benar-benar yakin sama kamu karena dengan semua yang telah kamu lakukan ke aku." Dengan jawaban yang dia berikan aku yakin bahwa dia tulus berbicara seperti itu. "iya, aku akan menunggu lagi hingga kita sungguh siap untuk masa depan kita kak," jawabku. "Terima kasih kamu sudah mempercayaiku dek. Kamu cantik, bahkan indah di mataku. Aku yakin jalan setapak ini sudah di ciptakan olehnya untuk kita. 

Kan ku jalani jalan setapak ini bersamamu, menggenggam tanganmu yang lembut seperti hatimu. Kubiarkan bungaku kuncup, agar mekar pada saat yang tepat, saat kita berdampingan menyusuri jalan kita. LOVE YOU dek." Dengan perasaan yang sangat bahagia aku menjawab, "sama-sama kak, terima kasih juga telah memilihku. Ini adalah kesempatan yang tak terduga untukku. Sama sepertimu, aku juga akan menjaga bungaku hingga mekar saatnya nanti. LOVE YOU TOO kak."

Saat tak terduga yang aku rasakan. Setelah sekian lama terhitung 4 tahun aku bersabar untuk bisa bersamanya, akhirnya aku mendapatkan sesuatu yang aku inginkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun