"Mengendarai sepeda motor di kemacetan jalanan ibukota, terutama di pagi hari, tidak lebih aman daripada merokok dua bungkus dalam sehari".-Bambang P.
Cuitan salah satu pemain sepak bola asal Ibukota itu mungkin ada benarnya. Bagaimana tidak ? Kepadatan lalu lintas ibukota pada saat pagi hari bukan rahasia umum lagi.Â
Kompleksnya permasalahan transportasi di Jakarta semakin membuat problem kemacetan berlarut-larut. Berbagai solusi sudah di  upayakan oleh pemerintah provinsi maupun pusat, namun masih belum bisa mengurai kemacetan di Ibukota.
Sumber Kemacetan
Salah satu penyebab kemacetan di Jakarta adalah jumlah kendaraan yang bertambah tiap tahun tidak di iringi dengan bertambahnya ruas jalan.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta yang dikuti dari databooks.co.id dalam Statistik Transportasi 2018 mencatat total kendaraan yang terdaftar sebanyak 18 ribu di 2016. Kendaraan tersebut tidak termasuk kendaraan milik TNI, Polri, dan Corps Diplomatic.
Data diatas hanya yang terdaftar saja, belum termasuk juga kendaraan dari luar yang masuk ke Jakarta seiap harinya. Dimana diperkiranakan sebanyak 18 juta kendaraan masuk ke Jakarta.
Sarana transportasi umum yang semrawut juga menambah parah kemacetan di Jakarta. Penggunaan transportasi umum tidak sebanding dengan  penggunaan transportasi pribadi, masyarakat memilih kendaraan pribadi karena dinilai lebih cepat dan aman.
Faktor kenyamanan dan keamanan
Menurut Trubhus Rahadiansyah seorang Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, menilai bahwa terdapat beberapa faktor mengapa warga Jakarta masih enggan menggunakan transportasi publik.
Menurut dia, salah satu masalahnya adalah kenyamanan yang dialami orang warga kelas menengah ke atas, yang biasanya mengandalkan mobil dan sepeda motor pribadi. Orang-orang menegah ke atas gengsi dan tidak mau berjubel atau berpanas -- panasan menunggu angkutan umum, mereka ingin kenyamanan pada saat berpergian.