Mohon tunggu...
Alvin Gultom
Alvin Gultom Mohon Tunggu... Lainnya - Murid

Loves physics, philosophy, thinking. Futurist.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Kepercayaan dari Masa Pra-Aksara hingga Sekarang serta Pandangan Hukum di Indonesia dan Pandangan Kristen

15 November 2022   19:44 Diperbarui: 15 November 2022   19:50 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pembahasan

Perkembangan kepercayaan dimulai dari masa paleolitikum sampai dengan masa kini. Kepercayaan yang ada pada muka Bumi sangat beragam. Terdapat kepercayaan yang monoteistik (satu Tuhan) dan politeistik (lebih dari satu Tuhan/Dewa); kepercayaan yang universal (dipercayai banyak orang di seluruh dunia seperti Kristen, Islam, atau Hindu) dan tidak universal; kepercayaan yang inklusif/misionaris  (menyebarkan keyakinannya) dan eksklusif (menyimpan keyakinannya sendiri). Indonesia sendiri memiliki 6 agama mayoritas serta ratusan kepercayaan adat dan setiap individu bebas untuk memilih agamanya sendiri. 

Kepercayaan yang diyakini oleh kalangan masyarakat biasa masa kini berbeda dengan kepercayaan yang diyakini pada masa pra-aksara. Kepercayaan masa kini cenderung lebih terstruktur pada aspek sistematika keimanan serta tata peribadatannya, dibandingkan dengan kepercayaan pra-aksara yang menganut konsep animisme dan dinamisme. Contohnya, terdapat serangkaian doa khusus dalam suatu agama tertentu untuk melakukan sesuatu, adanya kepercayaan akan akhirat, konsep moralitas (subjektif), konsep 'energi positif/negatif', dan pandangan filsafat mengenai suatu agama tertentu secara kompleks. Dibandingkan dengan kepercayaan masa pra-aksara yang percaya akan kuasa atas roh leluhur maupun kekuatan atas benda-benda mati. 

Zaman paleolitikum adalah titik awal dimulainya peradaban pra-aksara. Masa tersebut adalah masa ketika peradaban manusia pada peradaban yang paling sederhana. Manusia-manusia pada zaman tersebut masih belajar untuk beradaptasi pada lingkungan tersebut dengan memanfaatkan benda-benda di lingkungan mereka. Tidak terdapat budaya maupun agama tertentu pada masa tersebut dikarenakan kondisi kehidupan yang berat mengharuskan manusia untuk memprioritaskan pertahanan hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. (Direktorat SMP, 2022)

Zaman mesolithikum merupakan sebuah peningkatan dari zaman paleolitikum. Pada zaman mesozoikum, manusia mulai bercocok tanam secara sederhana dan mengumpulkan makanan. Manusia-manusia tersebut mulai hidup menetap (semisedenter) untuk menjaga kelangsungan hidup mereka. Metode pengawetan dan penyimpanan bahan pangan secara sederhana juga ditemukan pada zaman tersebut. Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan hidup berkurang karena ditemukannya alternatif lain yang lebih mudah.

Dikarenakan berkurangnya upaya yang dilakukan guna menjaga kelangsungan hidup pada zaman mesolitikum, dapat diartikan sebagai adanya kemajuan dalam cara berpikir manusia pada era tersebut. Salah satu hasil lain dari kemajuan cara berpikir manusia adalah munculnya sebuah budaya baru. Budaya yang dihasilkan dapat berupa tatanan sosial sederhana dengan pembagian tugas berdasarkan gender, dan kepercayaan animisme dan dinamisme. Contoh bukti dari kepercayaan zaman mesolitikum adalah artefak berupa lukisan di dinding Gua Leang Pattae, Sulawesi Selatan.  Menurut para ahli sejarah, makna dari lukisan tersebut adalah untuk melindungi manusia-manusia tersebut dari roh jahat. (Veni Rosfenti, 2020)

Pemikiran manusia pada zaman neolitikum (zaman bercocok tanam) akan kepercayaan yang dianut melebihi manusia pada zaman mesolitikum. Terdapat sistem kepercayaan animisme (kepercayaan akan roh), dinamisme (kepercayaan akan kekuatan gaib benda-benda mati), dan totemisme (kepercayaan akan sifat gaib yang terkandung dalam suatu benda). Kepercayaan pada zaman neolitikum lebih rinci dibandingkan dengan zaman mesolitikum. (Widya, 2022)

Zaman megalitikum merupakan zaman dimana manusia sudah memakai batu-batu besar untuk membuat hasil kebudayaan. Secara etimologis, kata 'megalitikum' berasal dari bahasa Yunani, mega berarti besar dan lithos berarti batu. Tentunya sudah dikenal sistem kepercayaan pada zaman tersebut. Salah satu konsep yang sudah mereka pahami adalah konsep afterlife (kehidupan setelah kematian). Namun, konsep tersebut masih jauh dari pandangan Kristen tentang kehidupan setelah kematian itu sendiri. Bukti dari kepercayaan pada zaman megalitikum adalah penggunaan sarkofagus dari batu untuk menunjukkan status sosial dari seorang jenazah yang dikubur.  (Restu Gunawan, Amurwani Dwi Lestariningsih, dan Sardiman; 2017)

Zaman perunggu adalah zaman dimana manusia sudah menemukan teknik peleburan perunggu untuk membentuk suatu hasil budaya pada zaman tersebut. Hasil budaya pada zaman perunggu tidak lepas dalam penggunaan untuk melakukan ritual kepercayaan. Salah satu contohnya adalah dengan menggunakan nekara yang terbuat dari perunggu untuk upacara memanggil hujan. Nekara tersebut dapat ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Kepulauan Kei, dan Papua. (Fransiska, 2022)

Kepercayaan pada masyarakat dari zaman paleolitikum tidak berhenti sampai dengan zaman perunggu. Kepercayaan masih berkembang setelah berhentinya era pra-aksara pada saat manusia sudah memiliki tulisan. Justru perkembangan dan penyebaran kepercayaan semakin pesat berkat ditemukannya cara lain manusia untuk memaparkan suatu gagasan/informasi tentang kepercayaan mereka selain dari metode verbal. Bangsa Mesir Kuno merupakan salah satu peradaban yang menggunakan tulisan dalam bentuk hieroglif yang dianggap sakral pada masa itu untuk menulis seputar kepercayaan mereka. (Priscilla Scoville, 2015)

Perkembangan kepercayaan masih terjadi zaman sekarang. Kepercayaan yang beragam masih disebarkan oleh para misionaris dan didiskusikan oleh para intelek. Kondisi zaman sekarang yang pada umumnya relatif lebih terbuka untuk menyampaikan pemikiran setiap individu mendorong untuk tersampaikannya kepercayaan-kepercayaan di ruangan terbuka tanpa adanya penyensoran (dalam batas yang terkukur).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun