Mohon tunggu...
Aldino
Aldino Mohon Tunggu... Pegawai Negeri -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gagasan Khilafah dan Pancasila

14 Juli 2015   10:29 Diperbarui: 14 Juli 2015   10:29 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika mendengar gagasan khilafah, maka yang terbenak dipikiran kita adalah masa-masa kejayaan islam. Masa dimana masyarakatnya amatlah sejahtera dan tentram karena menerapkan islam secara menyeluruh (Kaffah) baik system perekonomian, pendidikan, social, budaya dan lainnya.

Salah satu contoh potret kejayaan islam ini dapat dilihat pada masa khilafah Umar bin Khaththab, pada masa pemerintahannya yang kurang lebih selama 10 tahun, di berbagai wilayah (provinsi) masyarakatnya menikmati kemakmuran dan kesejahteraan. Bahkan tidak ditemukan seorang pun yang berhak menerima zakat oleh Muadz bin Jabal yang bertugas sebagai staff Rasulullah SAW untuk memungut zakat. Potret kejayaan islam pada masa Umar bin Khathab tersebut hanyalah salah satu gambaran betapa indahnya kehidupan dimasa kejayaan islam. Namun masa kejayaan islam yang sudah berlangsung semenjak jaman Rasulullah berakhir pada masa khilafah Turki Utsmaniyah atau yang dikenal dengan Kerajaan Ottoman pada tahun 1924 masehi (1342 H). Runtuhnya khilafah turki utsmaniyah dibawah kepepimpinan Abdul Majid II  adalah fase-fase yang menyedihkan bagi umat islam. Bagaimana tidak, setelah runtuhnya khilafah utsmaniyah, kemaksiatan semakin merajalela, moral umat manusia semakin merosot.

Kini kebanyakan umat islam ingin mengembalikan masa jaya islam di jaman dahulu. Namun apakah mungkin mengembalikan sistem khilafah seperti dahulu? Melihat negara-negara yang dapat dikatakan negara islam saja tidak bisa menerapkan sistem khilafah, apalagi Indonesia yang bukan negara islam.

Tidak usah cemas dengan tidak dapat terwujudnya atau belum terwujudnya khilafah islamiyah, Indonesia memiliki ideology Pancasila yang lebih kompleks dan terstruktur. Ideology khilafah sendiri sebenarnya tidak memiliki struktur yang baku melainkan berdasarkan nilai-nilai budaya islam dan merupakan sebuah konsep yang ditiap zamannya berubah-ubah. Terbukti setelah masa khulafaurrasyidien, berganti menjadi kerajaan seperti dinasti Ummayah dan Abbasiyah dan pada zaman modern berubah lagi menjadi konstitusional atau republik.

Memang tidak dapat disandingkan antara ajaran Islam dan Pancasila, tentu ajaran Islam memberikan suatu penjelasan yang lebih kompleks dan sangat detil, seperti mencebok menggunakan tangan kiri, makan menggunakan tangan kanan, dan setiap aktifitas ada doanya dan diajarkan tata caranya yang baik dan benar. Dalam ajaran islam hal-hal sekecil itu pun sangat diperhatikan, Namun bukan berarti kandungan isi dari Pancasila bertolak belakang dengan ajaran Islam.

Pancasila sudah mencangkup nilai-nilai dan budaya islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad S.A.W, Rasul mengajarkan kita untuk bertoleransi dengan pemeluk agama lain sebagaimana dalam surah Al Kafirun ayat 6 yang berbunyi “Lakum dinukum waliyadin” yang artinya “Untukmu agamu, dan untukkulah agamaku” dan dalam surah Yunus ayat 99 “Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya. Dalam butir-butir pengamalan Pancasila khususnya sila pertama yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa:

  1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
  2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
  3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
  4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

Di dalam pengamalan butir-butir Pancasila tersebut dapat terlihat adanya toleransi dan kerukunan dalam beragama. Hal ini sangat relevan bagi Indonesia yang multikulturalisme dengan berbagai suku, ras, ideology dan kepercayaan yang ada. Rasul juga mengajarkan kita untuk melakukan syiar-syiar agama dengan damai karena Islam adalah agama yang cinta keindahan dan kedamaian. Ini sangat bertolak belakang dengan fenomena akhir-akhir ini, yaitu munculnya gagasan khilafah islamiyah dengan wajah baru yang lebih ganas, ekstreem dan kejam. Gagasan yang dibawa oleh kelompok-kelompok ekstrimis ini tak lain hanyalah demi kepentingan suatu negara tertentu yang ingin memecah belah kaum muslim dan ingin merusak citra agama Islam.

Dengan munculnya fenomena tersebut sama saja seperti mengulangi sejarah kelam yang pernah terjadi, dulu perpecahan terjadi karena adanya kesukuan dalam memperebutkan sumber ekonomi yaitu mata air dan padang rumput. Maka dari itu Rasul bersabda “jika ada tiga orang keluar dalam perjalanan, hendaknya mereka menunjuk salah satu dari mereka sebagai pemimpin” dengan menunjuk seorang pemimpin diantara mereka maka dapat menyatukan kesukuan agar tidak terjadi perpecahan. Pancasila sebagai ideology mengajarkan kita untuk menghapus sukuisme (sila ke 3: Persatuan Indonesia) sebagaimana yang diajarkan rasul. Sehingga Indonesia dikenal sebagai Negara Bhineka Tunggal Ika “Berbeda-beda tetapi tetap satu juga” atau ‘Unity in Diversity”

Fenomena kelompok islam garis keras yang terjadi saat ini, dapat kita lihat dalam perang yang berkecambuk di Timur Tengah. Perang tersebut apabila dilihat dengan pikiran jernih, bukanlah untuk memperjuangkan daulah islamiyah melainkan perebutan ladang minyak yang kini menjadi sumber ekonomi

Untuk itu kita harus selalu berhati-hati dan menjaga keluarga kita agar tidak terjerumus dalam suatu kelompok yang mengatasnamakan Islam demi kepentingan kelompok tertentu. Kita semua tentu ingin mengembalikan masa-masa jaya islam dan hidup sebagaimana di zaman kejayaan islam yang sejahtera. Maka dari itu kita harus memulai dari diri kita sendiri, merubah perilaku kita agar lebih bermanfaat bagi orang banyak, dan berkontribusi bagi Negara. Jangan hanya menuntut apa yang Negara berikan kepada kita, tapi apa yang sudah kita berikan kepada Negara. Salah satunya dengan selalu mendukung dan mengamalkan Pancasila, Karena kandungan dalam Pancasila sangatlah kompatibel dan terstruktur sebagaimana dengan nilai-nilai moral dan kebudayaan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad S.A.W dan Nabi-nabi sebelumnya yang diutus oleh Allah S.W.T untuk menciptakan kedamaian dimuka bumi.

 

Oleh: Al-Setiawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun