Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Selamat Harbuknas: Pilih Buku, Ebook atau Handphone

17 Mei 2021   12:21 Diperbarui: 17 Mei 2021   12:50 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Selamat hari buku nasional 17 Mei 2021,

 

Hari buku  yang sudah memasuki tahun ke 19 sejak di kumandangkan tanggal 17 mei 2002  oleh mendikbud Abdul Malik Fajar era jaman Presiden Abdurrahman wahid (gus Dur)

Coba kita simak  data UNESCO tingkat minat baca orang Indonesia  membaca buku sekitar 0,001 persen atau hanya ada 1 dari 1000 orang Indonesia yang rajin membaca (data kompas 17 mei 2021)

Saking rendahnya kita lebih terlena gunakan gadget/hp/tablet atau bahkan pc juga laptop dan lupa pada buku. Survai kecil-kecilan saya pada 7 guru hanya satu yang baca hp dan lupa buku ini saja di rekan guru tetapi kemajuan berimbas pada pola baca buku khususnya adalah nyata dan tidak bisa di toliler lagi.

Perkembangan literasi

Pemerintah sudah gaungkan literasi digital adalah harapannya kita bisa melek baca.  
Pengaruhnya sangat  belum siknifikan karena bagaimana mungkin gadget, ebook dan semua perangkat sudah banyak dan canggih tetnyata"literasi digital" sepertinya belum sesuai yang diharapkan pemerintah  untuk dorong masyarakat baca buku.

Bila orang ditanya baca buku, hp atau e book?

Spontan mereka bilang baca hp, sungguh tingkatan negeri ini dibidang literasi masih rendah 70 negara kita diperingkat 62 (sumber kemendagri) karena ini kita tetap harus upayakan gaungkan literasi baik  di gital maupun non di gital dan inilah keunikan negeri ini karena bahasa tutur  dan lisan masih sebagai media sosial  dan mereka  lupa buku karena kesibukan  adalah alsan klasik kita.

Kendala klasik penerbitan buku

Kendala klasik yakni ijin penerbitan buku, ongkos cetak, dan pajak buku. Seakan  sebagai titik balik ditengah upaya pemerinrah galakkan literasi digital. Apalagi era pandemi covid membuat minat baca semakin menipis karena takut ke perpustakaan, atau sekedar jalan-jalan ke toko buku takut penularan virusnya! Sepinya pameran buku juga nyata adanya!

Keinginan untuk baca buku itu ada karena mudahnya kita bisa beli di play store dengan mudahnya buat kita abai terhadap buku fisik dan ini masih ditambah pandemi ini buat saya sendiri ragu lihat dan pinjam di perpustakaan daerah saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun