Lebaran yang sepi
Debur ombak hanya saksi
Betapa kehilangan ramadan sungguh tiada ternilai
Gelak tawa  riang di masjid tersapu angin lalu
Angin timur tanda kemarau mulai tampak didepan mata
Ombak akan tinggi
Kerang dan jingking akan merapat dipantai
Kura-kura akan bertelur
Rejeki anak zaman
Di tubir palung rindu lebaran ini
Hanya nyaring bunyi petasan jadi saksi bisu
Sungguh  masjid dan mushola masih terapkan protol kesehatan yang intens. Lebaran ini menjadi puncaknya karena tetangga desa terinfeksi virus ini bahkan satu RT di "lockdown" karena meninggalnya salah satu warga membuat hampir tigapuluhan warga lainya terpapar virus dan hasilnya positif semua!
"Kojur ora sido badan lik sumo nduk" kata simbok padaku. "Kena corona yo mbo?" Tanyaku.
"Yo ngati-ati kalau main ' jawab simbok padaku. Alamat tidak dapat angpow nieh batinku saat itu spontan tetapi mereka pada ngeyel sudah tahu yang meninggal karena korona kok  semua orang abai aturan kesehatan jadinya begini
Orang pada rekreasi ke pantai aku anak pantai harus sigap lebih pagi sehabis subuh untuk mencari sesuap nasi kadang aku bawa sekardus minuman untuk dijual pagi itu bagi pekerja keras, penyeret kapal dan buruh angkut sayur dari kapal-kapal kayu yang bersandar di dermaga pelabuhan tradisional kami.
"wes ndang ojo ngalamun iki kesempatan emas banyak orang kota rekreasi ke pantai" kata simbok membuatku terbangun dari kantuk subuh.Â
Kami biasa jual minuman ringan ambil laba limaratus sampai setibu rupiahan kakak tersenyum padaku karena dus-dus yang dibawanya adalah lusinan minuman ringan dan masker.Â
"Kita mau jualan lagi.. dik dipantai" katanya padaku
 "Kakak tidak ke kota?"tanyaku. "Tidak, kakak ke kota bila sudah dipanggil pak boss" ok bu boss kita action..."katanya membuat aku tersenyum lagi.
Hiburan pagi hari kedua lebaran mengapa malu, teman sebayaku biasa jualan apa yang bisa kami jual untuk sedikit kesenangan di bodo riyoyo ini.