Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tumbal [30] Jalan Panjang Kebenaran #6

30 Oktober 2020   20:17 Diperbarui: 30 Oktober 2020   20:43 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tumbal [30] Jalan Pajang kebenaran #6

jalan panjang kebenaran tidak mudah di temukan di setumpuk sumpah serapah dan sampah kebohongan dan fitnah dan hanya satu jalan yang di tempuh melaluinya walau penuh onak duri dan kerikil tajam menembus  kaki"

alsayyidja

Selaksa harapan nyata ketika harapanmembuncah di tengah krisis wabah corona ini genap setahun pemerintahan kedua rezm penguasa ini seakan membuat aku dan kamu semakin capek mengikutinya karena wabah corona ini membuka mata bahwa kesempatan kedua ini semakin nyata 'kiprahnya" semua nampak awal-awalya kedodoran dan terakhir janji vaksin npember kelak kami tunggu dengan senang hati walau aku dan kakak  sedikit menaruh harap demi menghilangnya pandami di negeri ini.

Jalan panjang kebenaran yang masih panjang seakan tidak akan  menyurutkan hati kami, niat kami untuk mencari kebenaran tentang kakek dan nenek kami walau jalan itu berliku entah saksi dan tempat keadiannya yang sudah tidak sama dengan kenytaan yang ada dan semakin sedikitnya saksi dan  maka kami  tertantang ingin menyelesaikan puzel-puzel kehidupan ini dengan sekit nyata dan nekat.

"waktu semakin mempet di akhir tahun ini ketika semua akan menjadikan tahun ini batu loncatan untuk tahun depan dik" kata kakak padaku

"mencari cahaya kebeneran itu?" tanyaku  lagi

'mencari kebenaran yang ada" jawabnya singkat padaku

Buku harian bapak seakan menjadi acuan bagi kami untuk mencari kebenaran yang ada yang membuat aku dan kakak terpicu lagi  untuk membaca dan menelaah keberan abadi ini

"buku harian bapak yang membuat kami semakin yakin bahwa ini adalah sebuah kenyataan yang.

harus kita hadapi bersama" jawabnya padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun