Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ruang Sidang Televisi (Jelang Debat Besok)

16 Januari 2019   19:33 Diperbarui: 16 Januari 2019   19:48 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jelang debat pertama capres di negeri ini semua mata tertuju pada stasiun televisi walau media sosial dan media di gital  sudah menjadi raja tetapi radio, dan televisi konvesional juga mampu merebut hati pemirsa untuk menyasikan debat  ini. sangat dinantikan oleh rakyat di pelosok negeri ini sungguh sangat di tunggu apalagi adanya televisi berita sangatlah  membantu memperoleh informasi ini besok

Pagi ini tanggal 16 Januari 2019 pukul 08.00 pagi

Semua karyawan televisi bergegas untuk rapat di atas gedung tingkat 100 di gedung utama tempat sang bos menjalankan tugasnya. Semua itu berawal dari besok 17 januari adalah debat pertama petahana melawan penantang dan ini sangat membuat masyarakat menantinya dengan suka cita bagaimana sang petahana akan melawan sang penantang sungguh   dinanti dianamisisai program petahana dan penantang kelak bagaimana kepribadian mereka kelak dan bagaimana mental block mereka mengurai dan mencari jalan keluar permasalahan bangsa yang terjadi dan akan terjadi kelak di kemudian hari.

" sebaiknya kita tidak meliputnya bos" seru seorang redaksi padanya

"kita tetap menyiarkan langsung" tegasnya

"salah satu calon harus di blur pak " usul yang lain dan perdebatan itu semakin seru adanya karena kata-kata blur tersebut.

'"tidak sesuai etika jurnalis  itu" bentaknya pada awak medianya

Kok sampai seru begini karena televisi verita pertama di negeri ini sepertinya akan menelan ludahnya sendiri kaarena atas nama kebebasan pers pernah tidak mau menayangkan kampanye terbuka dengan jutaan pengikutnya salah satu capres tersebut.

'di televisi sebelah bebas menayangkan pak" jawab yang lain juga

"malah di televisi seberang  akan menyiarkan langsung debat tersebut pak" imbuh redaksi yang kebetulan seorang wanita  tampak pak direktur manggut-manggut  dan melihat semua awak media di ruang  redaksi tersebut.

"kita tidak akan menyiarkannya seperti waktu ada jumpa  relawan terbesar di monas itu" jawabnya lagi penuh wibawa disamping wajahnya yang membuat orang takut bila menjumpainya  pertama kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun