Bagaimana rasanya menghadapi masa-masa sulit saat harga-harga naik dan pekerjaan terasa tidak pasti? Krisis ekonomi bisa datang kapan saja, seperti tamu tak diundang yang membuat banyak orang panik. Inflasi naik, harga kebutuhan pokok melambung, dan lapangan pekerjaan terasa semakin sulit. Di tengah kondisi seperti ini, mengelola keuangan jadi tantangan besar. Namun, panik bukanlah solusi. Justru, ini adalah saat yang tepat untuk kembali ke dasar dan meninjau ulang strategi keuangan kita. Tujuannya sederhana agar kita bisa bertahan, bahkan tetap stabil, di tengah ketidakpastian.
Pentingnya Dana Darurat dan Prioritas Utang
Salah satu fondasi terpenting dalam mengelola keuangan adalah memiliki dana darurat. Dana ini ibarat "ban serep" yang siap digunakan saat kondisi mendesak, seperti kehilangan pekerjaan mendadak atau sakit. Idealnya, dana darurat bisa mencukupi biaya hidup selama 3-6 bulan, atau bahkan lebih. Jika belum punya, ini saat yang tepat untuk mulai menabung, sekecil apa pun nominalnya.
Setelah itu, fokus pada utang. Prioritaskan untuk melunasi utang dengan bunga tinggi, seperti kartu kredit atau pinjaman online. Utang ini bisa menggerogoti keuangan secara perlahan dan menjadi beban berat di masa sulit. Dengan melunasi utang, kita tidak hanya mengurangi beban finansial, tapi juga mendapatkan ketenangan pikiran.
Cermat Mengelola Anggaran Belanja
Di masa krisis, setiap rupiah terasa berharga. Saatnya memeriksa ulang anggaran bulanan. Misalnya, apakah semua langganan aplikasi benar-benar dipakai? Atau kebiasaan jajan kopi setiap hari, apakah masih perlu? Hal-hal kecil seperti ini kalau dijumlah bisa lumayan besar. Mulai biasakan bedakan antara kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). Bahkan sebelum belanja bulanan, tulis dulu daftar barang yang benar-benar diperlukan agar tidak tergoda membeli macam-macam.
Selain itu, pertimbangkan untuk mencari penghasilan tambahan, seperti bekerja lepas (freelance) atau menjual barang yang tidak terpakai. Sumber pendapatan ekstra ini bisa menjadi "penyelamat" saat kondisi ekonomi tidak menentu.
Investasi: Tetap Berhati-hati, Jangan Panik
Banyak orang yang panik dan langsung menarik semua aset investasi mereka saat pasar sedang turun. Padahal, investasi adalah maraton, bukan lari sprint. Menjual saat harga sedang anjlok justru bisa menimbulkan kerugian. Alih-alih panik, coba evaluasi kembali portofolio investasimu. Pertimbangkan untuk diversifikasi aset ke instrumen yang lebih stabil, atau lakukan investasi rutin dengan nominal kecil (dollar cost averaging) untuk memanfaatkan harga yang sedang rendah.
Mental Kuat, Keuangan Stabil
Mengelola keuangan di masa krisis tidak hanya soal angka, tapi juga soal mental. Kondisi ekonomi yang sulit bisa memicu stres dan kecemasan. Penting untuk tetap tenang dan fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan. Mengikuti berbagai forum atau komunitas yang membahas tentang keuangan bisa menambah pengetahuan dan pandangan. Banyak situs yang menyediakan edukasi finansial, salah satunya adalah Transindo Training. Dengan perencanaan yang matang, kedisiplinan, dan mental yang kuat, kita bisa melewati masa krisis ini dengan lebih baik dan bahkan keluar sebagai pribadi yang lebih tangguh secara finansial.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI